tahun ini 54 induk penyu yang mendarat di kawasan Pantai Taman Kili-Kili untuk bertelur. Dari puluhan induk tersebut kelompoknya berhasil menetaskan lebih dari 3.000 tukik.
Caping Gunung Indonesia - Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Taman Kili-Kili Trengalek melepasliarkan 1.000 tikuk atau anak penyu dari hasil konservasi melalui tradisi ucul-ucul. Proses pelepasan diikuti oleh pelajar maupun masyarakat umum.
Sebelum melakukan prosesi pelepasan, masyarakat dan pelajar di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, melakukan aksi jalan kaki dari kantor desa menuju tempat konservasi penyu di Pantai Taman Kili-Kili, dalam 'longmarch' tersebut massa membentangkan spanduk dan poster yang berisi ajakan dan imbauan tentang pelestarian penyu.
Selanjutnya, para peserta aksi langsung menuju bibir pantai melepas 1.000 tukik dari hasi konservasi yang dilakukan, beberapa bulan terakhir.
"Di sini ini, memang menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur, nah telur-telur itu kami amankan dan dilakukan penetasan, setelah itu dilakukan perawatan selama satu hingga tiga bulan, setelah itu kami lepas bersama-sama," katanya. Menurutnya, kelompoknya sengaja tidak langsung melepaskan seluruh tukik yang menetas. Hal ini dilakukan, karena saat ini hewan langka tersebut sangat rentan berbagai predator yang ada di laut.
"Karena berdasarkan berbagai penelitian, potensi hidup tukik hingga mencapai usia dewasa itu sangat kecil, hanya 3 persen. Artinya dari 1.000 itu hanya sekitar 30 yang bisa hidup hingga usia dewasa," ujarnya.
Kondisi tersebut diakibatkan banyaknya predator. Mulai ikan, hewan laut maupun berbagai manusia di laut juga ikut mengancam kelestarian penyu. Kata dia, beberapa penyu ditemukan mati akibat terkena jaring maupun pancing nelayan.
Sementara Ketua Pokmaswas Taman Kili-Kili Ari Gunawan menjelaskan, tahun ini 54 induk penyu yang mendarat di kawasan Pantai Taman Kili-Kili untuk bertelur. Dari puluhan induk tersebut kelompoknya berhasil menetaskan lebih dari 3.000 tukik. "Untuk tahun ini prosentase telut yang menetas relatif baik, sekitar 85 persen. Sebelum yang dilepas saat ini, beberapa waktu lalu kami juga sudah melepas, sedangkan hari ini ada seribu," imbuhnya.
Menurutnya, jumlah induk penyu yang bertelur di sekitar lokasi konservasi setiap tahun rata-rata mencapai lebih dari 50 ekor, dari satu ekor induk penyu biasanya menghasilkan 90 hingga 130 butir telur.
"Masa bertelur penyu tersebut terjadi mulai bulan April atau Mei biasanya satu hingga dua ekor mulai naik dan puncaknya hingga Juli dengan jumlah mencapai puluhan," ujarnya.
Dari data di kelompok konservasi tersebut, penyu yang berkembangbiak di Pantai Kili-Kili. Terdiri dari empat jenis, yakni Lekang (Lepidochelys olivacea), Sisik (Eretmochelys imbricata), Hijau (Chelonia mydas), serta penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).#nur_cgo
Sebelum melakukan prosesi pelepasan, masyarakat dan pelajar di Desa Wonocoyo, Kecamatan Panggul, melakukan aksi jalan kaki dari kantor desa menuju tempat konservasi penyu di Pantai Taman Kili-Kili, dalam 'longmarch' tersebut massa membentangkan spanduk dan poster yang berisi ajakan dan imbauan tentang pelestarian penyu.
Selanjutnya, para peserta aksi langsung menuju bibir pantai melepas 1.000 tukik dari hasi konservasi yang dilakukan, beberapa bulan terakhir.
"Di sini ini, memang menjadi lokasi pendaratan penyu untuk bertelur, nah telur-telur itu kami amankan dan dilakukan penetasan, setelah itu dilakukan perawatan selama satu hingga tiga bulan, setelah itu kami lepas bersama-sama," katanya. Menurutnya, kelompoknya sengaja tidak langsung melepaskan seluruh tukik yang menetas. Hal ini dilakukan, karena saat ini hewan langka tersebut sangat rentan berbagai predator yang ada di laut.
"Karena berdasarkan berbagai penelitian, potensi hidup tukik hingga mencapai usia dewasa itu sangat kecil, hanya 3 persen. Artinya dari 1.000 itu hanya sekitar 30 yang bisa hidup hingga usia dewasa," ujarnya.
Kondisi tersebut diakibatkan banyaknya predator. Mulai ikan, hewan laut maupun berbagai manusia di laut juga ikut mengancam kelestarian penyu. Kata dia, beberapa penyu ditemukan mati akibat terkena jaring maupun pancing nelayan.
Sementara Ketua Pokmaswas Taman Kili-Kili Ari Gunawan menjelaskan, tahun ini 54 induk penyu yang mendarat di kawasan Pantai Taman Kili-Kili untuk bertelur. Dari puluhan induk tersebut kelompoknya berhasil menetaskan lebih dari 3.000 tukik. "Untuk tahun ini prosentase telut yang menetas relatif baik, sekitar 85 persen. Sebelum yang dilepas saat ini, beberapa waktu lalu kami juga sudah melepas, sedangkan hari ini ada seribu," imbuhnya.
Menurutnya, jumlah induk penyu yang bertelur di sekitar lokasi konservasi setiap tahun rata-rata mencapai lebih dari 50 ekor, dari satu ekor induk penyu biasanya menghasilkan 90 hingga 130 butir telur.
"Masa bertelur penyu tersebut terjadi mulai bulan April atau Mei biasanya satu hingga dua ekor mulai naik dan puncaknya hingga Juli dengan jumlah mencapai puluhan," ujarnya.
Dari data di kelompok konservasi tersebut, penyu yang berkembangbiak di Pantai Kili-Kili. Terdiri dari empat jenis, yakni Lekang (Lepidochelys olivacea), Sisik (Eretmochelys imbricata), Hijau (Chelonia mydas), serta penyu Belimbing (Dermochelys coriacea).#nur_cgo
0 comments:
Posting Komentar