Proses pembentangan bendera dilakukan oleh sembilan pemanjat profesional. Mereka harus bersusah payah mengerek bendera dari titik peristirahatan ke titik yang diinginkan. Kencangnya angin di atas tebing membuat para pemanjat kewalahan, sehingga bendera raksasa tersebut tidak dapat terbentang dengan sempurna.
Pembentangan bendera raksasa diselenggarakan di Tebing Sepikul, Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, Trenggalek. Aksi itu diikuti berbagai elemen masyarakat. Di antaranya Mahasiswa Islam Pecinta Alam (Mahipa), Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Korem 081 Madiun, pelajar dan berbagai organisasi kepemudaan.
Ketua Panitia Khairul Fuadi mengatakan, pembentangan bendera dilakukan di ketinggian 350 meter dari tanah. Bendera yang dibentangkan berukuran 30 X 20 meter. Persiapan upacara dan pembentangan bendera raksasa ini dilakukan dalam sepuluh hari terakhir.
"Untuk persiapan 10 hari, mulai dari merintis tali hingga menentukan titik bendera. Kami secara bergantian naik untuk persiapan itu. Untuk pemanjatnya dari berbagai daerah. Ada Aceh, Padang, Jogja, Ponorogo, NTT dan Papua," kata Khairil, Senin (28/10/2019).Tebing Sepikul menjadi pilihan para pemanjat bukan tanpa alasan. Sebab, tebing itu merupakan tebing batu tertinggi di Pulau Jawa. Selain itu, lokasi tersebut juga sering dijadikan tempat kegiatan para pemanjat profesional.
Proses pembentangan bendera dilakukan oleh sembilan pemanjat profesional. Mereka harus bersusah payah mengerek bendera dari titik peristirahatan ke titik yang diinginkan. Kencangnya angin di atas tebing membuat para pemanjat kewalahan, sehingga bendera raksasa tersebut tidak dapat terbentang dengan sempurna.
"Kendalanya adalah angin. Inilah menunjukkan bahwa kemampuan manusia sangat terbatas dibandingkan dengan alam yang sangat tidak terbatas. Kami sebagai pemuda tidak akan menghadapi alam karena kemampuan kami sadar terbatas," ujarnya.#nur_cgo
Sumber, berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar