Caping Gunung Indonesia - Dispendukcapil Trenggalek melakukan perekaman data biometrik terhadap belasan siswa SLB. Kegiatan jemput bola tersebut sengaja dilakukan untuk mempermudah para penyandang disabilitas mendapatkan KTP elektronik.
"Kami kerjasama dengan SLB. Hari ini ada 16 siswa yang telah berusia 17 tahun yang dilakukan perekaman, ditambah beberapa siswa yang usianya mendekati 17," kata Kabid Pelayanan dan Pendaftaran Penduduk Dispendukcapil Trenggalek Ratna Kurniadi.
Dijelaskan Ratna, perekaman yang dilakukan meliputi sidik jari serta rekaman data retina mata. Dalam proses ini petugas Dispendukcapil harus bekerja lebih ekstra, karena masing-masing siswa membutuhkan perlakukan khusus.
"Alhamdulillah dengan bantuan para guru di SLB sini semuanya bisa berjalan dengan lancar. Guru-guru di SLB ini luar biasa dengan sabar mengarahkan para siswa" ujarnya.
Ratna mengaku, kegiatan perekaman secara langsung ke sekolah tersebut, akan terus dilakukan guna mempercepat target perekaman.
Sementara itu, Kepala SMALB Kemala Bhayangkari Trenggalek, Pardiono, mengaku bersyukur adanya kegiatan perekaman dengan sistem jemput bola, karena rata-rata para penyandang disabilitas kesulitan untuk perekaman secara mandiri.
"Ini sangat membantu sekali, jadi tidak harus ke kantor catatan sipil. Karena seperti kita ketahui kondisi para siswa seperti itu, kadang orang tua kesulitan kalau harus ke Dispendukcapil sendiri," ujarnya.
Dikatakan, kegiatan serupa sebelumya juga pernah dilakukan di SLB Kemala Bhayangkari Trenggalek. Pihaknya mengaku selalu aktif melaporkan para siswanya yang telah memasuki usia 17 tahun ke Dispendukcapil, sehingga bisa dilakukan perekaman.
"Kami kerjasama dengan SLB. Hari ini ada 16 siswa yang telah berusia 17 tahun yang dilakukan perekaman, ditambah beberapa siswa yang usianya mendekati 17," kata Kabid Pelayanan dan Pendaftaran Penduduk Dispendukcapil Trenggalek Ratna Kurniadi.
Dijelaskan Ratna, perekaman yang dilakukan meliputi sidik jari serta rekaman data retina mata. Dalam proses ini petugas Dispendukcapil harus bekerja lebih ekstra, karena masing-masing siswa membutuhkan perlakukan khusus.
"Alhamdulillah dengan bantuan para guru di SLB sini semuanya bisa berjalan dengan lancar. Guru-guru di SLB ini luar biasa dengan sabar mengarahkan para siswa" ujarnya.
Ratna mengaku, kegiatan perekaman secara langsung ke sekolah tersebut, akan terus dilakukan guna mempercepat target perekaman.
Sementara itu, Kepala SMALB Kemala Bhayangkari Trenggalek, Pardiono, mengaku bersyukur adanya kegiatan perekaman dengan sistem jemput bola, karena rata-rata para penyandang disabilitas kesulitan untuk perekaman secara mandiri.
"Ini sangat membantu sekali, jadi tidak harus ke kantor catatan sipil. Karena seperti kita ketahui kondisi para siswa seperti itu, kadang orang tua kesulitan kalau harus ke Dispendukcapil sendiri," ujarnya.
Dikatakan, kegiatan serupa sebelumya juga pernah dilakukan di SLB Kemala Bhayangkari Trenggalek. Pihaknya mengaku selalu aktif melaporkan para siswanya yang telah memasuki usia 17 tahun ke Dispendukcapil, sehingga bisa dilakukan perekaman.
0 comments:
Posting Komentar