Caping Gunung Indonesia - Agar anak tidak terlalu bosan dan bermain yang hanya itu-itu saja, Bapak Regan mencoba bembuat mainan baru yaitu lompat tali. Anak-anak merasa senang dan bermain bersama. Lompat tali termasuk dalam motorik kasar. Anak dapat menunjukan keberanian dan kelincahan saat bermain lompat tali. Selain itu ada manfaat yang lain yaitu dapat mempertebal mentalnya. Selain dengan permainan mental anak anak dapat dibentuk dengan :
1. Biarkan Anak Mencoba Sesuatu Yang Baru
Anak yang dinilai memiliki mental yang
berani dan rasa percaya diri tinggi adalah anak yang tidak takut jika
diharuskan mencoba hal yang baru. Lalu bagaimana cara orang tua agar
bisa melatih mental anak agar berani? Tentu saja dengan membiasakannya
sejak kecil, sejak ia masih dalam masa bermain. Anda tidak perlu takut
dan melarang anak jika mereka bermain tanah atau terluka dan hal
lainnya. Biarkan mereka melakukan apa yang ingin dilakukan namun tentu
saja semuanya harus berada dalam pengawasan orang tua. Jangan melarang
anak dengan terlalu keras yang bahkan nantinya malah membuatnya menjadi
seorang anak yang penakut. Biarkanlah mereka mengeksplor apa yang mereka
inginkan. Dengan begitu Anda juga melihat pada perkembangan anak yang
semakin lebih baik. Jika anak melakukan kesalahan maka jangan membentuk
karena anak bisa terkena dampak membentak anak yang sangat buruk sampai dewasa.
2. Beri kepercayaan pada anak
Berikan kepercayaan pada anak bila dirasa sudah sanggup melakukannya. Kalau anak ingin menaruh sendiri piring makannya sendiri di tempat cucian piring, jangan langsung melecehkannya. Berilah ia kepercayaan dan kesempatan untuk mencoba. Jangan kelewat khawatir si balita akan memecahkan piring tersebut hanya karena harganya mahal. Kepercayaan yang diperoleh anak akan membuat keberanian dan kemandiriannya kian teruji.
Berikan kepercayaan pada anak bila dirasa sudah sanggup melakukannya. Kalau anak ingin menaruh sendiri piring makannya sendiri di tempat cucian piring, jangan langsung melecehkannya. Berilah ia kepercayaan dan kesempatan untuk mencoba. Jangan kelewat khawatir si balita akan memecahkan piring tersebut hanya karena harganya mahal. Kepercayaan yang diperoleh anak akan membuat keberanian dan kemandiriannya kian teruji.
3. Latih Anak Untuk Terus Berfikir Kritis
Anda juga bisa memberikan pelatihan pada anak agar bisa berani dan
percaya diri dengan memberikan berbagai macam pembelajaran untuk melatih
dan meningkatkan kemampuan berpikir nya. Apakah kemampuan tersebut
penting? Tentu saja! Dengan semakin berkembangnya pemikiran anak maka ia
akan mulai bisa mempertimbankan tentang hal-hal yang harus dihindari
dan tidak. Anak akan bisa menilai dan tidak usah merasa takut atau pun
merasa khawatir, mereka akan lebih berani bahkan percaya diri. Latihan
yang bisa coba Anda berikan pada anak untuk bisa berpikir kritis adalah
memasukkan nya pada sekolah khusus bela diri. Bahkan jika anak sudah
menunjukkan ciri ciri anak cerdas dan jenius maka Anda bisa mengajari anak dengan mudah.
4.Tantangan dan pujian
Umumnya, insting utama yang dimiliki
oleh orangtua yaitu untuk melindungi buah hati mereka. Akan tetapi, guna
mengajarkan sikap dan sifat berani, maka Anda harus mencoba untuk
mengurangi sedikit keinginan untuk selalu melindunginya dimanapun dan
kapanpun.
Anda bisa memberikan si kecil sedikit
tantangan, seperti pergi ke warung yang berada di sekitaran rumah tanpa
Anda temani. Namun tetap, Anda harus mewaspadainya dari kejuahan guna
memastikan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan pada buah hati Anda,
setelah ia kembali, Anda dianjurkan untuk memberikannya pujian.
5.Jangan dipaksa
Keberanian dan kemandirian anak mungkin saja berkembang secara perlahan. Jadi, jangan paksa anak untuk segera menguasai semua hal yang diajarkan saat itu juga. Orang tua yang ingin melatih kemandirian anaknya dengan ritual bangun tidur langsung mandi, tanpa perlu "kejar-kejaran" dulu, contohnya. Sebaiknya jangan paksa anak untuk menguasainya dengan sekali mengajarkan lantas di hari-hari selanjutnya segalanya sudah berjalan lancar. Dampingi dan selalu ingatkan anak bagaimana melakukan hal tersebut dengan benar. Kelewat sering melontarkan kritik karena kegagalannya hanya akan membuat nyalinya ciut alias down. Contohnya, "Gimana sih, gitu aja enggak berani!" Atau, "Adek, kok enggak bisa-bisa sih?"
Sumber, Berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar