Ing Ngarsa Sung Pawarta Ing Madya Mangun Karya Tut Wuri Jaya-jaya Wijayanti

our facebook page

Pasar Sepi Pembeli, Trenggalek Adakan Sekolah Pasar

Pasar Sepi Pembeli, Trenggalek Adakan Sekolah Pasar

Kata Emil, saat ini banyak para pedagang pasar tradisional yang mengeluhkan adanya penurunan omzet yang cukup tajam. Bahkan banyak yang menyebut kondisi pasar saat ini 'sing tuku ora teko, sing teko ora tuku" (Yang beli tidak datang, yang datang tidak beli).
Caping Gunung Indonesia - Pemerintah Kabupaten Trenggalek menggelar sekolah pasar untuk mengasah inovasi dan kreasi para pelaku pasar tradisional. Ini dilakukan agar mampu bersaing di tengah gempuran teknologi dan membeludaknya pasar online dan ritel modern.

Sekolah pasar diikuti oleh puluhan pedagang dari pasar tradisional Kamulan, Kecamatan Durenan. Pada pelatihan tersebut, para pedagang mendapatkan pembekalan tentang strategi penjualan dan inovasi untuk mempertahankan keberadaan pasar tradisional.

"Pemerintah ini harus bisa menjadi katalis agar pedagang pasar bisa terus berkreasi untuk menjawab tantangan-tanganan di era modern ini, sekaligus untuk menajamkan program pemerintah," kata Bupati Trenggalek, Emil Elestianto Dardak, Senin (25/9/2017).

Menurutnya, tantangan pedagang tradisional harus mendapatkan penyikapan bersama dari pemerintah maupun pedagaang pasar sendiri. Sebab, pengelolaan pasar yang tidak tepat justru akan membuat pergerakan perekonomian di pasar tradisional terus melambat.

"Kenapa kami memilih peserta dari Pasar Kamulan, karena merupakan pintu masuk dari kawasan kota baru maritim di selatan Jawa Timur. Kami berharap apa yang diinvesttasikan pemerintah di pasar itu bisa membawa manfaat bagi pedagang. Kami akan memberikan perhatian untuk pasar ini," imbuhnya.

Kata Emil, saat ini banyak para pedagang pasar tradisional yang mengeluhkan adanya penurunan omzet yang cukup tajam. Bahkan banyak yang menyebut kondisi pasar saat ini 'sing tuku ora teko, sing teko ora tuku" (Yang beli tidak datang, yang datang tidak beli).

Pihaknya tidak yakin, merosotnya animo masyarakat ke pasar tradisional tidak hanya diakibatkan oleh adanya pasar modern. Namun juga akibat perkembangan zaman dan teknologi termasuk banyaknya pedagang sayur keliling. "Sekarang mau beli sayur tidak usah ke pasar, karena pedagang keliling sudah ada, bukan tidak mungkin ke depan ini warga yang akan belanja sayur cukup menggunakan HP. Bahkan minimarket sudah mulai melakukan itu melalui delivery order," imbuh suami Arumi Bachsin ini.

Dijelaskan, selain menerima pembekalan tentang strategi pemasaran dan pengelolaan usaha di era modern, para pedagang juga akan diajak untuk studi banding ke beberapa pasar tradisional yang dinilai cukup berhasil pengelolaannya.

Sementara salah seorang pedagang Nahrowi berharap, pemerintah tidak hanya sekedar memberikan pelatihan, namun juga melakukan revitalisasi atau pembangunan pasar. Sehingga masyarakat tidak malas untuk berbelanja ke pasar.

"Di Pasar Kamulan sendiri, ada sejumlah persoalan yang menyangkut fasilitas, salah satunya masalah tempat penampungan sementara sampah yang kurang layak, karena untuk akses kendaraan pengakut sampah itu sulit, sehingga kadang sampai beberapa hari dan menimbulkan bau tidak enak," katanya.

Selain itu beberapa kios pedagang juga mulai mengalami keruakan dan rawan ambruk. Pihaknya berharap segera dilakukan perbaikan sehingga pedagang maupun masyarakat yang berbelanja bisa lebih nyaman.

Di sisi lain, Ketua Asosiasi Pengelola Pasar Tradisional (Asparindo) Joko Setiyanto mengatakan, persoalan yang sering menjadi penghambat perkembangan pasar tradisonal adalah buruknya fasilitas pasar, sistem pengelolaan yang kurang tepat, serta pedagang dan dagangan yang kurang memadai.

"Kalau dibiarkan terus menerus dengan kondisi yang semrawut, becek dan tidak nyaman, mana ada masyarakat yang mau belanja. Makanya bangunan pasar yang memadai itu juga sangat penting. Selain itu kami juga menggandeng BPOM terkait food safety," tambahnya.#nur_cgo
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support