Caping Gunung Indonesia - Dalam dua pekan terakhir, harga beras di Kabupaten Gresik mengalami kenaikan signifikan. Diprediksi hal itu disebabkan menghilangnya gabah setelah masa panen padi.
Informasi yang dihimpun, gabah yang menghilang di pasaran tidak tanggung-tanggung, jumlahnya mencapai 40 persen. Akibatnya, harga beras mulai dari kualitas terbaik, medium hingga yang murah mengalami kenaikan. Rata-rata kenaikannya antara Rp100 hingga Rp150 per kilogram (kg).
Ketua Asosiasi Pedagang Padi, Jagung dan Kedelai (Pajale) Jawa Timur Sumanto mengatakan, hilangnya gabah di pasaran terjadi dalam dua pekan terakhir.
Seharusnya, petani di Gresik Utara dan Selatan yang sudah panen dijual ke pasaran. Faktanya, gabah-gabah itu tidak berada di pasaran.
”Cukup banyak hilangnya gabah di pasaran. Saya perkirakan sekitar 40 persen atau mencapai 10.000 ton gabah siap giling,” ungkap Sumanto.
Pemilik PT Hasil Tani Sejahtera (HTS) ini menjelaskan, hilangnya stok gabah di pasaran itu bukan karena ulah oknum pengepulan. Namun, lebih disebabkan petani yang tidak menjual gabah dan melakukan pengeringan sendiri.
”Itu dilakukan petani karena dalam dua pekan terakhir cuaca cukup mendukung. Tidak hujan dan cuacanya cukup panas. Makanya, petani setelah memanen melakukan pengeringan sendiri,” katanya.
Padahal, lanjut Sumanto, bila cuaca tidak mendukung, para petani tidak menampung dan mengeringkan gabah sendiri. Biasanya, 100 persen langsung dijual ke penggilingan sehingga para petani tidak sampai menimbun gabah.
Sumanto menyebut, akibat penimbunan para petani tersebut ada dua persoalan. Pertama, harga beras mengalami kenaikan. Kedua, kualitas gabah jelek. Sebab, pengeringan yang dilakukan petani tidak maksimal. Biasanya kadar air gabah maksimal hanya 15 persen, namun jika pengeringan dilakukan petani kadar airnya kisaran 17 persen.
“Beras kualitas terbaik sekarang harganya menjadi Rp10.500 perkilogram. Padahal sebelumnya hanya kisaran Rp10.400 perkilogram. Beras kualitas medium juga sama harganya naik menjadi Rp8.000 perkilogram,” ungkap dia.
Kepala Subdivisi Bulog Regional I Surabaya Utara Suharto Djabar tidak mengelak hilangnya gabah di pasaran akibat para petani tidak segera melepas ke penggilingan. Namun, dia mengaku tidak khawatir dan terus berusaha untuk secepatnya menyerap gabah petani.
“Indikatornya, sampai saat ini kami sudah berhasil menyerap gabah sekitar 45 persen atau setara 70.000 ton gabah. Capaian itu terbaik di Jawa Timur. Bahkan, tahun lalu, realisasi serapan 138.000 ton, 50 persennya sumbangan dari Gresik,” tukasnya.
Suharto menjamin stok beras di Jawa Timur secara keseluruhan tetap aman. Bahkan, sampai Lebaran Juli nanti, stok beras masih mencukupi. Apalagi, Bulog Regional I Surabaya Utara yang meliputi Gresik, Surabaya dan Sidoarjo ditaget mampu menyerap 85.000 ton gabah.
“Dengan asumsi dalam sebulan kebutuhan beras hanya 3.300 ton perbulan maka kebutuhan beras untuk tahun ini masih mencukupi dan tidak akan mengalami kekurangan,” katanya.#Lilis_cgo
0 comments:
Posting Komentar