Dia mengatakan orang-orang Indonesia sebenarnya punya kemampuan membuat startup yang baik. Namun, Sidharto orang-orang Indonesia bisa belajar bagaimana mengelola startup yang tiba-tiba besar agar layanannya tetap baik.
Caping Gunung Indonesia - Indian Institute of Technology (IIT) Delhi jadi salah satu kampus di India 'penghasil' unicorn atau perusahaan rintisan (startup) yang telah memiliki valuasi sebesar USD 1 miliar. Setidaknya ada 11 dari 21 unicorn di India merupakan karya alumni IIT.
Di gedung ini, terdapat berbagai ruangan yang digunakan mahasiswa ataupun pihak luar yang ingin mengembangkan ide perusahaan rintisannya masing-masing. Untuk bisa difasilitasi oleh IIT, pihak pengembang startup harus mengajukan proposal dan nantinya mendapat semacam bimbingan dari profesor di kampus ini.
"Biasanya mereka mengerjakan dalam waktu dua tahun," ujar Senior Officer Entrepreneurship Development, Sijo Thomas.
Ada sejumlah startup yang sedang digarap di IIT. Salah satunya adalah Kriya Labs. Perusahaan rintisan ini mengerjakan pengolahan sisa penggilingan padi yang biasanya dibakar menjadi kertas tahan air yang bisa dimanfaatkan untuk wadah telur hingga piring.
Ada juga Flexmotiv yang memodifikasi alat bantu jalan (kruk) untuk para penyandang disabilitas. Ada juga produk seperti sabun dan sampo tanpa bilas yang dihasilkan dari inkubator bisnis di IIT Delhi ini.
Duta Besar RI untuk India, Sidharto Suryodipuro, mengatakan dirinya punya harapan tersendiri bagi para mahasiswa asal Indonesia yang ingin berkuliah di India. Dia berharap anak-anak muda RI bisa melanjutkan kuliah ke kampus-kampus top India khususnya di bidang teknologi seperti di IIT Delhi.
"Sebenarnya saya senang mulai datang mahasiswa-mahasiswa Indonesia ke Indian Institute of Technology. Misalnya ada sekitar 10 atau 12 mahasiswa S2 Indonesia dari Kominfo itu ke IIT Bangalore. Udah ada 1 mahasiswa Indonesia masuk ke IIT Delhi. Jadi di India itu setiap kota punya Indian Institute of Technology, yang paling top itu adalah di Chennai, Delhi, sama Mumbai," ucap Sidharto.
Sidharto menyebut tes masuk kampus top India memang cukup sulit. Pihak KBRI, kata Sidharto, juga berupaya untuk menjalin kerja sama di bidang-bidang tertentu yang dinilai punya keunggulan dibanding kampus-kampus di Indonesia seperti engineering, IT, manajemen keuangan, dan kedokteran.
"Sektor-sektor yang India unggul. Untuk sektor-sektor unggulan tadi perlu lebih banyak orang Indonesia ke sini dan sangat affordable. Untuk institusi pendidikan terbaik itu sangat affordable," jelasnya.
Dia mengatakan orang-orang Indonesia sebenarnya punya kemampuan membuat startup yang baik. Namun, Sidharto orang-orang Indonesia bisa belajar bagaimana mengelola startup yang tiba-tiba besar agar layanannya tetap baik.
"Kalau mau belajar tentang bagaimana mengelola suatu startup yang tiba-tiba besar, itu perlu exposure tersendiri. Dia startup kedua atau ketiga terbesar dunia setelah Amerika dan RRT. Indonesia juga sebenarnya, engineers kita sangat mampu, sangat kompeten. Yang perlu didapat adalah bagaimana mengelola startup yang tiba-tiba besar. Arsitekturnya cepat, peningkatan tanpa mengganggu layanan," ucapnya.
Sumber : Berita Indonesia
Puri _ Cgo
0 comments:
Posting Komentar