Caping Gunung Indonesia - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah tak perlu terlalu dirisaukan. Sebab, secara fundamental, kondisi ekonomi Indonesia cukup baik. Hal tersebut terlihat dari neraca pembayaran yang masih surplus dan angka inflasi yang rendah selama beberapa bulan terakhir.
Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani menyatakan, pergerakan nilai tukar rupiah memberikan dampak besar bagi pengusaha. Jika rupiah melemah, akan ada beberapa target usaha yang meleset. Karena itu, pihaknya berharap lebih baik nilai tukar rupiah stabil. ’’Rupiah turun sedih, rupiah naik kencang juga sedih protes juga. Jadi lebih kepada stabil saja,” ujarnya, Selasa (3/10).
Melemahnya rupiah tersebut diperkirakan masih berlanjut. Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan, mata uang pasar berkembang mengalami tekanan karena dolar AS yang lagi terapresiasi. ’’Rupiah mungkin akan menghadapi lebih banyak risiko penurunan di jangka pendek karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed tahun ini semakin meningkat,” kata Lukman.
Hal senada diungkapkan ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurut dia, dolar AS masih berpeluang menguat. Hal itu membuat mata uang di emerging markets bakal melemah.
’’Saya pikir penguatan USD dapat berlanjut apabila didukung juga oleh perbaikan dan konsistensi data-data ekonomi AS. Tren penguatan USD masih berpotensi terjadi hingga akhir tahun, seiring dengan pengetatan kebijakan moneter yang akan direalisasikan akhir tahun ini,” ujar Josua.
Menguatnya mata uang dolar AS memang secara dominan masih disebabkan kebijakan reformasi perpajakan di AS serta data-data ekonomi AS yang terus menunjukkan perbaikan.
Sementara itu, fundamental ekonomi domestik dinilai masih cukup baik. Misalnya, data inflasi yang terkendali dan juga angka konsumsi yang mulai menunjukkan peningkatan.#nurul_cgo
Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Rosan Roeslani menyatakan, pergerakan nilai tukar rupiah memberikan dampak besar bagi pengusaha. Jika rupiah melemah, akan ada beberapa target usaha yang meleset. Karena itu, pihaknya berharap lebih baik nilai tukar rupiah stabil. ’’Rupiah turun sedih, rupiah naik kencang juga sedih protes juga. Jadi lebih kepada stabil saja,” ujarnya, Selasa (3/10).
Melemahnya rupiah tersebut diperkirakan masih berlanjut. Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan, mata uang pasar berkembang mengalami tekanan karena dolar AS yang lagi terapresiasi. ’’Rupiah mungkin akan menghadapi lebih banyak risiko penurunan di jangka pendek karena ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed tahun ini semakin meningkat,” kata Lukman.
Hal senada diungkapkan ekonom Bank Permata Josua Pardede. Menurut dia, dolar AS masih berpeluang menguat. Hal itu membuat mata uang di emerging markets bakal melemah.
’’Saya pikir penguatan USD dapat berlanjut apabila didukung juga oleh perbaikan dan konsistensi data-data ekonomi AS. Tren penguatan USD masih berpotensi terjadi hingga akhir tahun, seiring dengan pengetatan kebijakan moneter yang akan direalisasikan akhir tahun ini,” ujar Josua.
Menguatnya mata uang dolar AS memang secara dominan masih disebabkan kebijakan reformasi perpajakan di AS serta data-data ekonomi AS yang terus menunjukkan perbaikan.
Sementara itu, fundamental ekonomi domestik dinilai masih cukup baik. Misalnya, data inflasi yang terkendali dan juga angka konsumsi yang mulai menunjukkan peningkatan.#nurul_cgo
0 comments:
Posting Komentar