Wilayah yang rawan itu di antaranya, Gunung Kebo, Gunung Orak-arik, Gunung Jaas, Gunung Sawe serta beberapa lokasi lain. Khusus untuk lokasi yang sangat rawan, kami menyiagakan satu personel khusus," imbuhnya.
Kepala Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan (KSKPH) Kediri Selatan, Andy Iswindarto mengatakan, satgas pemadam kebakaran hutan tersebut berjumlah 50 orang yang tersebar di 5 Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) di wilayahnya.
"Jadi masing-masing BKPH itu ada 10 orang yang disiagakan untuk menjadi satgas, 5 itu termasuk satu BPKH yang ada di wilayah Kabupaten Tulungagung, karena masuk wilayah Perhutani Trenggalek," kata Andy, Selasa (29/8/2017).
Menurutnya, personel tersebut akan siaga 24 jam penuh mengantisipasi bila sewaktu-waktu terjadi kebakaran hutan. Selain anggota satgas, seluruh petugas Perhutani di masing-masing wilayah juga diminta siap untuk membantu proses pemadaman.
"Untuk yang lain, meskipun tidak masuh menjadi satgas, tapi mereka juga 'on call' sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk membantu," ujarnya.
Andy menjelaskan, pada musim kemarau tingkat kerawanan kebakaran lahan dan hutan di wilayah Trenggalek cukup tinggi, karena kondisi semak-semak telah mengering sehingga mudah terbakar saat tersulut api.
"Wilayah yang rawan itu di antaranya, Gunung Kebo, Gunung Orak-arik, Gunung Jaas, Gunung Sawe serta beberapa lokasi lain. Khusus untuk lokasi yang sangat rawan, kami menyiagakan satu personel khusus," imbuhnya.
Dari data di Perhutani Trenggalek, kebakaran lahan atau hutan hampir rutin terjadi setiap tahun, pada tahun 2015 jumlah area yang terbakar mencapai 46,3 hektar, tahun 2016 tidak terjadi kebakaran karena cuaca terus menerus hujan, sedangkan pada tahun ini sampai dengan bulan Agustus tercatat 22,25 hektar kawasan Perhutani yang mengalami kebakaran.
"Kalau pennyebab kebakaran itu bermacam-macam, ada yang terjadi karena pembersihan lahan yang dilakukan warga dengan cara dibakar, kemudian ada juga yang tersulut oleh puntung rokok," katanya.
Sedangkan pada momen lebaran beberapa bulan yang lalu, sejumlah kawasan hutan di Trenggalek juga sempat memgalami kebakaran yang diduga dipicu oleh balon udara. Pihaknya mengimbau warga agar tidak melakukan aktifitas yang bisa memicu terjadinya kebakaran hutan. Ia juga meminta masyarakat yang melakukan mengolah lahan Perhutani agar tidak membersihkan lahan dengan cara dibakar.
"Yang sering itu, setelah membakar serasah tidak dimatikan dulu dan langsung ditinggal, ternyata apinya membesar dan memicu kebakaran," jelas Andy.
Andy Iswindarto menjelaskan, langkah antisipasi penting dilakukan, karena apabila terjadi kebakaran hutan dengan skala besar bisa mengancam permukiman penduduk yang ada di sekitarnya.#lilis_cgo
0 comments:
Posting Komentar