"Untuk sementara 'pilot project'-nya ada 17 sekolah itu, namun ke depan akan terus kami tingkatkan. Khusus untuk SMP kami tempatkan di SMPN 6, sedangkan SLTA di SMAN 2 Trenggalek dan SMKN 2 Trenggalek," ujarnya.
Caping Gunung Indonesia - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, mendeklarasikan gerakan pembudayaan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus, Rabu.
Deklarasi dilakukan di Alun-alun Kota Trenggalek dan diikuti oleh ribuan guru dan sejumlah anak berkebutuhan khusus dari berbagai pelosok desa di daerah tersebut.
Suasana semarak terasa saat sejumlah anak berkebutuhan khusus unjuk kemampuan olah vokal dan bermain band di sela seremoni deklarasi sehingga menarik perhatian sejumlah pejabat di Direktorat Jendral Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Kami mengapresiasi langkah yang diambil Pemerintah Kabupaten Trenggalek dalam memberikan jaminan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Ini selaras dengan kebijakan Kemendikbud dalam mengembangkan pendidikan inklusi di seluruh Indonesia," kata Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus Layanan Khusus (PKLK) Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud Mudjito.
Kepala Dindik Trenggalek Kusprigianto berjanji seluruh anak yang berkebutuhan khusus di daerahnya akan mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh pendidikan.
"Jadi, mulai sekarang tidak ada lagi diskriminasi, semua anak-anak Trenggalek berhak untuk mendapatkan pendidikan, baik itu yang normal maupun berkebutuhan khusus," katanya.
Untuk menyukseskan program tersebut, lanjut Kusprigianto, pihaknya telah menyiapkan sedikitnya 17 sekolah reguler, mulai dari jenjang SD hingga SLTA yang siap menerima siswa berkebutuhan khusus.
Sekolah-sekolah yang diproyeksikan menyediakan pendidikan inklusi tersebut terdiri dari 14 sekolah dasar (SD), satu SMP, satu SMA dan satu SMK.
Khusus untuk jenjang SD lokasinya tersebar di beberapa kecamatan, sedangkan SMP, SMA dan SMK untuk sementara masih dipusatkan di wilayah kota.
"Untuk sementara 'pilot project'-nya ada 17 sekolah itu, namun ke depan akan terus kami tingkatkan. Khusus untuk SMP kami tempatkan di SMPN 6, sedangkan SLTA di SMAN 2 Trenggalek dan SMKN 2 Trenggalek," ujarnya.
Dijelaskan, anak-anak yang berkebutuhan khusus dapat belajar di sekolah reguler, layaknya anak-anak normal lainnya.
Disinggung mengenai tenaga pendidik yang akan membimbing, Kusprigianto mengklaim telah menyiapkan guru khusus di masing-masing sekolah.
"Mereka sudah mendapatkan pembekalan serta pendidikan yang mumpuni terkait anak-anak berkebutuan khusus, sehingga orang tua tidak perlu khawatir," imbuhnya.
Sementara itu, terkait stigma buruk serta diskriminasi yang selama ini terjadi, Kusprigianto menjamin tidak akan ada lagi.
Sebelumnya, pihaknya telah memberikan penyuluhan serta pemahaman ke masing-masing sekolah, baik itu guru maupun muridnya agar tidak membeda-bedakan antara satu dan lainnya.
"Mereka harus sejajar, makanya masing-masing guru harus memberikan pemahaman juga terhadap anak didiknya agar berperilaku yang sewajarnya terhadap siswa yang berkebutuhan khusus.
Namun, ia mengaku dinasnya belum memiliki data lengkap mengenai jumlah anak berkebutuhan khusus yang ada di wilayah Trenggalek.
Untuk itu pihaknya bakal bekerjasama dengan pemerintah desa untuk melakukan pendataan secara menyeluruh.
"Nantinya apabila data itu telah lengkap, harapannya seluruh nak di Trenggalek mendapatkan pendidikan yang layak kami juga berharap, orang tua anak ABK jangan sampai minder, mereka harus optimistis dan semangat demi masa depan anaknya," tandasnya.#lilis_cgo
0 comments:
Posting Komentar