Ing Ngarsa Sung Pawarta Ing Madya Mangun Karya Tut Wuri Jaya-jaya Wijayanti

our facebook page

4 Tahap Alam Manusia

Oleh: Edy Rochani

Artinya, jika 2 melambangkan makhluk (manusia), maka 4 dalam pandangan saya melambangkan “realitas (kenyataan) manusia dengan segala permasalahannya”. Banyak sekali Alloh telah melambangkan realitas manusia itu dengan angka 4, satu diantaranya yakni tentang 4 alam manusia yang akan diuraikan di bawah. Sehingga hakikat realitas manusia itu adalah 4 + 2 = 6 = = Ahad = Alloh. 
Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadits dikemukakan dengan jelas dan tegas, bahwa manusia akan melalui berbagai alam atau hidup dalam tahapan-tahapan yang pasti dilaluinya. Ada 4 tahapan alam yang harus dilalui manusia. Keempat alam yang ditempuah oleh setiap jiwa atau ruh manusia itu, benar-benar telah dikemukakan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, yang uraiannya secara ringkas adalah sebagai berikut:
  • Alam Kandungan

Yaitu sewaktu manusia itu masih dalam kandungan ibu, dan pada waktu itulah dimulainya proses kejadian manusia, yakni Allah SWT menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah, dari saripati itu Allah SWT jadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Allah SWT jadikan segumpal darah, dari segumpal darah Allah jadikan segumpal daging, dan dari segumpal daging itu Allah jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Allah bungkus dengan daging. Setelah itu barulah Allah menjadikannya makhluk yang berwujud manusia seperti kita. Jadi pada tahap yang pertama ini manusia telah mengalami hidup di alam kandungan, yang keadaan di situ adalah amat sempit, terbatas, banyak kesukaran, dan penuh kegelapan yang tertimbun-timbun. Dan pada waktu itu manusia belum mengerti situasi dan kondisi.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ مِن سُلَالَةٍ مِّن طِي
Hendaknya manusia mengamati asal kejadiannya. Sebab, penciptaan manusia itu termasuk salah satu bukti kekuasaan Kami yang mengharuskan orang-orang untuk beriman kepada Allah dan hari akhir. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati tanah. (QS. Al-Mu’minuun/23 : 12 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَّكِي
Kemudian Kami menciptakan keturunannya. Dari tanah itu, Kami menciptakan sperma–sebuah zat cair yang mengandung segala unsur kehidupan–yang bertempat pada rahim, sebuah tempat yang kokoh dan dapat melindungi. (QS. Al-Mu’minuun/23 : 13 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Setelah membuahi ovum, sperma itu Kami jadikan darah. Darah itu pun kemudian Kami jadikan sepotong daging yang kemudian Kami bentuk menjadi tulang. Tulang itu lalu Kami balut dengan daging. Setelah itu, Kami menyempurnakan penciptaannya. Akan tetapi, setelah Kami tiupkan roh Kami, ia menjadi makhluk yang durhaka dan melawan asas penciptaannya. Betapa Mahatingginya Allah dalam kemahaagungan dan kemahakuasaan-Nya. Tidak ada yang menyerupai-Nya dalam kemampuan mencipta, membentuk dan berkreasi. (QS. Al-Mu’minuun/23 : 14 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
Jumhur ulama mengatakan bahwa usia janin mulai ditiupkan ruh kepadanya adalah 120 hari atau 4 bulan. Namun selain pendapat ini, ada juga pendapat yang sedikit berbeda. Dari Abi Abdurrahman Abdilah bin Masud ra. Bahwa Rasulullah SAW mengatakan kepada kami, “Sesungguhnya tiap-tiap kamu dibentuk dalam perut ibunya 40 hari berbentuk nuthfah (mani), kemudian menjadi ‘alaqah selama 40 hari, kemudian menjadi mudhghoh (segumpal daging) selama 40 hari, kemudian dikirimkan kepadanya malaikat meniupkan ruh . . . ” Hadits Muttafaqun Alaih. (Sumber: https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080919000753AAvpz45)
Sesudah 9 (sembilan) bulan 10 (hari) lamanya atau 40 minggu berada di dalam rahim ibu, yang dikandungnya dengan susah payah, penuh rasa keprihatinan, maka lahirlah manusia itu ke alam wujud dalam keadaan yang masih kecil dan lemah, tidak punya daya dan kekuatan, belum punya ilmu dan harta, maka barulah manusia akan mengalami fase kehidupan di alam dunia yang fana ini.
  • Alam Dunia

وَاللَّهُ أَخْرَجَكُم مِّن بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Allah mengeluarkan diri kalian dari dalam perut ibu dalam keadaan tidak mengenal sedikit pun apa yang ada di sekeliling kalian. Kemudian Allah memberi kalian pendengaran, penglihatan dan mata hati sebagai bekal mencari ilmu pengetahuan, agar kalian beriman kepada-Nya atas dasar keyakinan dan bersyukur atas segala karunia-Nya(1). (1) Ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa indera pendengaran mulai tumbuh pada diri seorang bayi pada usia relatif dini, pada pekan-pekan pertama. Sedangkan indera penglihatan mulai dimiliki bayi pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam. Sedangkan kemampuan mata hati yang berfungsi membedakan yang baik dan buruk datang sesudah itu. Urutan penyebutan beberapa indera pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indera tersebut. (QS. An-Nahl/16 : 78 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
Setelah manusia manusia itu lahir dari kandungan sang ibu dan hidup, maka barulah manusia itu menempuh kehidupan yang kedua kalinya, yaitu hidup di alam dunia. Maka mulailah manusia setelah lahir di dunia mengalami pertumbuhan yang pasti berlaku, dari kecil menjadi besar dan dari muda menjadi tua. Di tahap yang fana, tujuan utamanya adalah untuk mengejar kebaikan bagi yang beriman dan berakal sehat, bagi yang tidak beriman ia akan menumpuk-numpuk kejahatan. Oleh sebab itu dunia ini dapatlah dianggap sebagai sebab-sebab dapat diperolehnya kebahagiaan atau kecelakaan. Dan hanyalah kehidupan dunia adalah merupakan kenikmatan yang memperdayakan dan menipu.
Setiap jiwa yang hidup pasti akan merasakan mati. Apabila kamu sekalian mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia, maka sesungguhnya kamu akan mendapatkan pahala secara penuh di hari kiamat. Barangsiapa yang dijauhkan dari api neraka, maka sesungguhnya ia telah memperoleh kemenangan. Dan kehidupan dunia itu tidak lebih dari perhiasan sementara yang menipu. (QS. Ali-Imran/3 : 185 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
Oleh karena itu dalam kesempatan menempuh kehidupan pada tahap yang kedua ini yakni hidup di alam dunia janganlah seseorang hanya terpedaya dengan kemewahan, kemegahan, kesenangan dan kenikmatan dunia saja, dan jangan pula tertipu oleh bujukan syaithan dalam mentaati Allah. Akan tetapi kejarlah dan bersegeralah memperbanyak amal shalih dalam kesempatan yang telah dimodali dengan umur itu sebagai bekal untuk menempuh kehidupan di alam selanjutnya.
Wahai manusia, kerjakanlah apa yang diperintahkan oleh Tuhan kalian, dan tinggalkanlah apa yang dilarang-Nya, serta berhati-hatilah terhadap azab Allah pada hari kiamat. Hari tatkala seorang bapak tidak dapat memberi pertolongan kepada anaknya sedikit pun. Begitu pula seorang anak tidak akan dapat memberi pertolongan kepada bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya hari ini adalah janji Allah, dan janji-Nya adalah benar tidak akan diingkari. Maka janganlah sekali-kali kesenangan dan perhiasan dunia melalaikan kalian dari persiapan untuk menghadapinya. Dan juga jangan sampai godaan setan menipu kalian, sehingga memalingkan kalian dari Allah dan ketaatan kepada-Nya. (QS. Luqman/31 : 33 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
  • Alam Barzah

Setelah manusia itu mati, maka untuk selanjutnya ia dikuburkan, dan selanjutnya mengalami perpindahan alam lagi yaitu menempuh kehidupan di alam kubur (barzah). Adapun sifat dan keadaan alam yang ketiga atau barzah ini adalah lebih luas lagi dari keadaan alam yang ketiga atau dunia sekarang ini. Sebagai perumpamaan dapatlah dikatakan bahwa perbandingan antara alam barzah dengan alam dunia sekarang ini adalah sebagaimana perbandingan antara alam dunia sekarang dengan alam sewaktu masih dalam kandungan ibu.
Adapun kehidupan di alam barzah ini sifatnya juga hanya sementara waktu, yaitu hingga datangnya hari kiamat, sebab setelah datangnya hari kiamat nanti tak akan ada kehidupan lagi yaitu kehidupan tahap yang ke-empat (terakhir), yakni kehidupan alam akhirat.
قَالُوا رَبَّنَا أَمَتَّنَا اثْنَتَيْنِ وَأَحْيَيْتَنَا اثْنَتَيْنِ فَاعْتَرَفْنَا بِذُنُوبِنَا فَهَلْ إِلَىٰ خُرُوجٍ مِّن سَبِيلٍ
Orang-orang kafir itu berkata, “Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali: mati dari kehidupan dunia dan mati dari kehidupan kami di alam Barzah. (1) Engkau juga telah menghidupkan kami dua kali: hidup di dunia dan hidup setelah kami dibangkitkan dari kubur. Lalu apakah ada jalan bagi kami untuk keluar dari siksaan ini?” (1) Pengertian tentang kehidupan di alam barzah–sebuah kehidupan yang tidak kita ketahui hakikat sebenarnya–dapat dipahami melalui dua firman Allah Swt. berikut. Pertama, mengenai keluarga Fir’aun yang terdapat dalam ayat 46 surat ini yang artinya berbunyi: “Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang hari, dan pada hari kiamat. Para malaikat diperintahkan, ‘Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras’.” Kedua, dalam ayat 169 surat Ali-Imrân yang artinya berbunyi: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Mereka bahkan hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS. Al-Ghafir/40 : 11 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ
Maka, Allah pun memelihara kaum Fir’aun yang Mukmin itu dari kekejaman tipu daya mereka, dan menampakkan neraka kepada keluarga Fir’aun pada pagi dan sore hari–di dunia, ketika berada di alam barzah. Dan pada hari kiamat, Allah berfirman, “Masukkanlah kaum Fir’aun ke dalam neraka yang paling dahsyat azabnya.” (QS. Al-Ghafir/40 : 46 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Janganlah kamu mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu benar-benar mati. Tidak! Mereka hidup dalam suatu kehidupan yang sifat dan bentuknya hanya diketahui oleh Allah sendiri. Di sisi Tuhan, mereka diberi suatu rezeki yang sifat dan bentuknya juga hanya diketahui sendiri oleh Allah. (QS. Ali-Imrân/3 : 169 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
  • Alam Akhirat

Perjalanan terakhir yang ditempuh oleh manusia adalah kehidupan di alam akhirat. Alam akhirat ini merupakan perumahan yang kekal untuk selama-lamanya, yang terdiri dari surga atau neraka. Setelah itu tidak ada lagi alam yang lain. Di dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala banyak memberikan sifat akhirat, yaitu bahwa kehidupan di alam akhirat itu adalah kehidupan yang lebih baik dan kekal. Dan sesuai dengan sebutannya “Alam Akhirat” adalah merupakan alam yang terakhir. Kehidupan Akhirat adalah kehidupan setelah dunia berakhir. Percaya adanya kehidupan akhirat adalah sebagai ciri-ciri orang yang sempurna imannya dan bertakwa kepada Allah.
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا
Tetapi kalian tidak melakukan perbuatan yang membawa keberuntungan, bahkan kalian selalu mengutamakan perhatian kepada kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. (QS. Al-A’laa/87 : 16 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)
وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَ
Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik, dengan kenikmatannya yang suci, daripada kehidupan dunia, dan lebih kekal. (QS. Al-A’laa/87 : 17 – Tafsir Muhammad Quraish Shihab)

Mistis Angka Penggabungan Ayat

Al-Mu’minuun (Juz 18, Surat 23, dan 118 Ayat) + An-Nahl (Juz 14, Surat 16, dan 128 Ayat) + Ali-Imran (Juz 3, 4, Surat 3, dan 200 Ayat) + Luqman (Juz 21, Surat 31, dan 34 Ayat) + Al-Ghafir (Juz 24, Surat 40, dan 85 Ayat) + Al-A’laa (Juz 30, Surat 87, dan 19 Ayat) :
  1. Juz = 181434212430 = 33 = 6 = 1
  2. Surat = 23163314087 = 38 = 11 = 2 = 2
  3. Ayat = 118128200348519 = 53 = 8 = 1
  4. Total = 628 = 16 = 7 = 2 | 121 = 4
Artinya, jika 2 melambangkan makhluk (manusia), maka 4 dalam pandangan saya melambangkan “realitas (kenyataan) manusia dengan segala permasalahannya”. Banyak sekali Alloh telah melambangkan realitas manusia itu dengan angka 4, satu diantaranya yakni tentang 4 alam manusia yang telah diuraikan di atas. Sehingga hakikat realitas manusia itu adalah 4 + 2 = 6 = = Ahad = Alloh. La Hawla Wala Quwwata Ila Billah (لا حول ولا قوة إلا بالله)‎, “Tiada sesuatu apa pun terjadi kecuali Alloh berkehendak untuk itu”.

Referensi:

  1. https://kanzularsy.wordpress.com/category/4-alam-yang-dijalani-manusia/
  2. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Mu%E2%80%99minun
  3. https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080919000753AAvpz45
  4. https://id.wikipedia.org/wiki/Kehamilan
  5. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_An-Nahl
  6. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Luqman
  7. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-A%E2%80%99la
  8. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Mu%27min
  9. https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-%27Imran
  10. https://id.wikipedia.org/wiki/Mistisisme
  11. https://ulamak.wordpress.com/filosofi-772/tabir-alam/
  12. https://id.wikipedia.org/wiki/Kenyataan
  13. https://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
Astaghfirulloha wa atuubu ilaih – Wallohu a’lam bisshowab.
Share:

0 comments:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support