Buyar itu Tak Butuh Komando |
Caping Gunung Indonesia - Selang beberapa saat, kacung-kacung itupun mulai hengkang dari TKP. Suasana mendadak sepi..., sunyi. Nampak awan hitam bergelayutan di atas singgasana sang juragan. Suasana semakin senyap. Sesekali terdengar bunyi geledek disertai kilatan putih menyambar langit. Dan..., gemericik air hujan pun mulai membasahi komplek perkantoran megah itu.
Bos : "Anak-anak dah pada pulang Am?"
Amor: "Kalo itu mah!, ndak perlu dikomando Bos. Jawab Amor sembari
tersenyum sambil menutup gorden yang mobat-mabit diterpa angin".
Bos : "Sebenarnya masih banyak yang musti dikerjakan. Tapi sudah sore kita
lanjutkan besuk saja".
Amor: "Masih hujan nekat pulang Bos?"
Bos : "Ya. Lihat situasi rumah. Kwatir kalo ada apa-apa".
Ketika Suasana Mencekam |
Langit hitam kelam, petir terus berdansa. Alam kian mencekam, hujan tak kunjung reda. Namun Bos bersama si putih tetap melaju kencang.
Tak lama berselang, nampak seorang Satpam buru-buru membuka pintu gerbang. Sedan putih itupun melintas pelan. "Sore Pak", sapa sang Satpam sambil sedikit membungkukkan badannya.
Rinti-rintik kecil hujan masih tersisa. Langit nampak lebih cerah. Suara air di selokan-selokan masih terdengar. Hujan berangsur-angsur sirna. Dalam pada itu, di salah satu bangunan komplek perumahan elite tersebut nampak seorang perempuan sedang asyik nonton "GOSIP", salah satu acara TV lokal kesukaan kaum hawa. Saking asyiknya, hingga tak mendengar berkali-kali suara klakson minta dibukakan pintu.
Ternyata Nggosip itu Tidak Gratis |
Lelaki itu keluar dari mobilnya. "Din..., Dinda! Mel..., Mely!, buka pintu! Kanda pulang nich!", teriak berdiri di depan pintu sambil berkata dalam hati "Kemana kamu pergi Mel?" Tut, tut, tut..., "Melyku Sayang" - Call. Tunggu beberapa detik, terhubung, sambil mondar-mandir cemas, tapi Melypun tidak juga mengangkatnya.
Maksud hati mau melihat: "Apakah di luar masih hujan?" Wanita itu mengintip lewat jendela. Betapa terkejut!, ternyata suaminya sudah ada di depan rumah nampak kebingungan. Bentar! Teriak Mely sambil sewot buka pintu hampiri suaminya.
Suami Mely ini bernama Sabri. Salah seorang kacung yang kebetulan kumanan saat berebut bungkusan di kantor tadi. Sabri dan Mely adalah pasutri baru seumur jagung. Sekalipun masih baru, tetapi pasutri ini nampak kurang...
(Tulisan ini aku persembahkan untuk anak-anak Yayasan Capil Indonesia, semoga tetap bersemangat dalam berkarya. Karena karya, adalah salah satu pembeda antara manusia dengan makhluk yang lain.
Jika dalam cerita fiksi ini kebetulan ada kesamaan nama, tokoh, maupun tempat dan kejadian, itu sama-sekali tidak ada unsur kesengajaan. Mohon maaf)
Bersambung...
Sumber, Berita Indonesia