Akan tetapi, apa daya hingga saat ini perkembangan teknologi dalam negeri masih tersendat akibat anggaran yang dialokasikan untuk riset masih sangat minim. Berapa anggaran ideal untuk memajukan riset dan teknologi?
"Tidak ada yang pasti cuma kita mencoba lihat di standar internasional, minimal 1 persen dari GDP-nya dana untuk penelitian. Ada yang 2 persen bahkan Korea sampai 3 persen. Kalau kita kan 0,09 persen jadi masih kecil," ujar Menristek Gusti Muhammad Hatta di Gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakpus, Jumat (8/8/2014).
Meski demikian, Gusti menegaskan pihaknya tidak mau berputus asa dalam mengembangkan teknologi di tengah minimnya alokasi APBN. Dia selalu 'putar otak' mencari dana tambahan, salah satunya melalui konsorsium.
"Kami mencari cara lain membentuk konsorsium-konsorsium tiap anggota memberikan kontribusi dana. Itu yang kami lakukan selama ini. Kami tidak pernah frustasi," lanjutnya.
"Vaksin flu burung kita sudah dapat sehingga kalau suatu saat meledak bisa kita produksi banyak," contoh mantan Menteri Lingkungan Hidup ini. Selain itu, dia juga mencari cara lain melalui kerjasama dengan pihak luar negeri. Dengan begitu, Kementerian dan insan peneliti dapat tetap melakukan riset teknologi guna melahirkan inovasi-inovasi baru.
"Kita memang kurang dananya tapi kami tidak frustasi. Kita juga menarik dana dari luar negeri tapi tentu bikin perjanjian supaya tidak dikendalikan," pungkasnya.#edy_cgo
Sumber, Berita Indonesia
Sumber, Berita Indonesia