"Dari 8 pasien, tidak ada yang demam, yang masih batuk dan pilek, dan tidak pakai oksigen. Kecuali yang satu, keadaannya kurang baik, karena dikirim dari RS swasta. Di sana dirawat 1 minggu, pakai ventilator, 65 tahun," kata Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (5/3/2020).
9 Pasien Diisolasi, 1 Pasien Tidak Perlu
Hingga Kamis, 5 Maret 2020, RSPI Sulianti Saroso masih merawat 10 pasien, termasuk dua yang sudah dinyatakan positif. Delapan pasien dalam kondisi baik dan stabil.
"Dari 8 pasien, tidak ada yang demam, yang masih batuk dan pilek, dan tidak pakai oksigen. Kecuali yang satu, keadaannya kurang baik, karena dikirim dari RS swasta. Di sana dirawat 1 minggu, pakai ventilator, 65 tahun," kata Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (5/3/2020).
Namun satu orang di antaranya dinyatakan baik, sehingga tidak perlu dibawa ke ruang isolasi.
Kondisi 1 Pasien Kurang Baik
RSPI Sulianti Saroso menyatakan ada seorang pasien dalam pengawasan terkait virus Corona yang kondisinya kurang baik. Pasien ini berusia 65 tahun.
"Dari yang sembilan yang ada ini, memang satu (pasien) keadaannya kurang baik, jelek ya, karena dikirim dari rumah sakit swasta, di sini, dan di sana sudah dirawat selama 1 minggu. Dan pakai ventilator ya, jadi dikirim ke sini pakai ventilator," kata Syahril di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020).
Pasien yang dinyatakan kondisinya kurang baik ini berusia 65 tahun. Sedangkan pasien lain yang dirawat, disebut Syahril, kondisinya stabil. "Jadi umurnya 65 tahun, dan ini memang agak kurang baik keadaannya. Tetapi dari delapan (pasien terkait Corona) yang ada, alhamdulillah semuanya stabil, baik," ujarnya.1 WNA Dipulangkan
Salah seorang warga negara asing (WNA) disebut sempat berada di rumah sakit itu, tapi sudah dipulangkan.
"Ada pulang satu karena dinyatakan sembuh, WNA," kata Syahril dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (5/3/2020).
Syahril menyebut WNA itu dalam kondisi demam dan mengalami batuk. Namun, setelah dinyatakan tidak berkaitan dengan COVID-19, WNA itu dipulangkan.
"(Kondisinya) baik. Semua yang pulang itu dalam kondisi baik," ujar Syahril.
2 Pasien Positif Corona Tidak Demam, Masih Batuk
Kedua pasien tersebut hanya masih mengalami batuk-batuk.
Syahril mengatakan kondisi kedua pasien terus membaik. Hingga kini keduanya tidak mengalami demam, nyeri tenggorokan, maupun sesak napas.
"Dua positif kemarin demam tidak ada, nyeri tenggorokan tidak ada, sesak tidak ada. Masih batuk-batuk kecil. Begitu juga yang kedua, ibunya ya. Masih batuk-batuk sedikit. Nyeri telan, sesak dan demam tidak ada," kata Syahril dalam konferensi pers di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Kamis (5/3/2020).RSPI Sulianti Saroso Sudah Penuh, Ini 8 RS Rujukan
Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, mengatakan ruangan isolasi untuk pasien positif dan pasien dalam pengawasan terkait Corona sudah penuh. Syahril tak ingin ada kesan rumah sakitnya menolak pasien.
"Tolong disampaikan, jadi jangan ada kesan RSPI menolak pasien, karena memang kami penuh. Nggak mungkin dimasukkan yang bukan isolasi, makanya dari 8 tadi sudah disiapkan juga bisa menerima seperti halnya di RSPI, jadi masyarakat kami layani," kata Syahril di RSPI Sulianti Saroso, Sunter, Jakarta Utara, Kamis (5/3/2020).
Syahril mengatakan jumlah pasien saat ini bertambah. Sebelas ruangan isolasi sudah terisi. "Saat ini bertambah kan pasien kami. Dan pemerintah sudah menyebutkan DKI ini ada delapan rumah sakit rujukan, dan memang kami kondisi ada 11 ruangan, sudah terisi 10 kemarin, bahkan 11," ujar dia.
Dia mengatakan pasien yang tidak diisolasi di RSPI SS dialihkan ke rumah sakit lain. Selain RSPI SS, ada tujuh rumah sakit di Jakarta yang menjadi rujukan dalam penanganan virus Corona. "Nah, pasien itu sudah kami alihkan ke rumah sakit rujukan yang lain. Satu ke RS Persahabatan, kemudian RSPAD Gatot Soebroto, RSUD Pasar Minggu, kemudian RSUD Cengkareng, RS Mintohardjo, dan RS Sukamto Bhayangkara di Kramat Jati, terakhir Fatmawati," ujar dia.
Jangan Pakai Garis Polisi, Bikin Takut
Ada masukan agar proses pelacakan pengawasan atau tracking surveillance tidak menggunakan garis polisi atau police line.
"Jangan juga berlebihan tracking itu ya, jangan pakai police line segala macam, itu bikin masyarakat tidak nyaman, takut gitu ya. Kita membuat suasana enaklah, ya," kata Direktur Utama RSPI Sulianti Saroso, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (5/3/2020).
Di sisi lain, kata Syahril, ada pula orang-orang yang dengan kesadaran datang ke RSPI Sulianti Saroso untuk memeriksakan diri terkait virus itu. Namun sejumlah orang lainnya, disebut Syahril, dirujuk berdasarkan pelacakan yang dilakukan.
"Itu tergantung dinas kesehatan ya, karena dia kan tracking surveillance ya," kata Syahril.#nur_cgo
Sumber, Berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar