Caping Gunung Indonesia - Sejumlah desa di Kabupaten Grobogan, Jateng, mulai merasakan krisis air bersih akibat kekeringan. Beberapa di antaranya merasakan kelangkaan air bahkan sejak awal musim kemarau yang lalu.Desa Cekel di Kecamatan Karangrayung misalnya, setiap pagi buta atau sore, warga akan adu cepat menuju sumber-sumber air yang sangat terbatas. Mereka mendatangi sendhang atau sumur gali kuno.
Ada juga yang mendatangi sumur-sumur belik yang baru saja digali di dasar sungai mengering untuk menangkap air yang masih tersisa. Ada juga belik yang digali di samping genangan air sungai, tujuannya menyaring air sungai untuk mendapatkan air yang lebih bening dan tak tercampur kotoran.Hal itu yang dilakukan warga Cekel. Sungai yang memanjang di desa tersebut, ketika kemarau ini hanya digenangi air keruh. Air itu tak mengalir. Di beberapa bagian permukaan sungai telah kering. Warga memanfaatkan permukaan atau bagian yang kering, dengan membuat belik.
"Kalau pagi hari jam 07.00 WIB ramai warga ambil air bersih di belik. Kalau agak siang, sepi. Sore paling ada satu atau dua orang saja yang ambil air di belik," kata Pordam, salah seorang warga, Rabu (17/7/2019).
Warga memanfaatkan air belik untuk mencukupi kebutuhan air bersih. Kondisi kekurangan air di daerah tersebut telah terjadi sejak satu bulan sebelum Ramadan lalu, tepatnya pada akhir April mereka sudah kekurangan air.Masih di desa yang sama, atau sekitar 1 kilometer dari belik, sejumlah warga mendatangi sebuah sendhang. Letak sendhang berada di bawah pohon ukuran besar. Warga menyebut sendhang itu adalah Sendhang Cekel, digali oleh para tetua desa ketika mulai menetap di desa tersebut sejak ratusan tahun lalu.
Sendhang ini sedalam sekitar 12 meter. Airnya bening. Tidak ada timba, masing-masing yang mengambil air akan membawa timba berserta talinya.
"Rata-rata yang datang warga Desa Cekel sendiri. Tapi kalau ada warga luar desa mau ambil air, tidak apa-apa," ucap Fitri (30) ditemui tengah menimba air di sendhang."Saya ambil air ya setiap hari. Biasanya hanya sore hari. Kalau pagi saya mencari rumput untuk kambing piaraan," ungkap Mbah Dati (60), warga setempat yang juga sedang mencari air.
Ngarsi (40), warga lain, yang antre ambil air di sendhang mengaku harus berjalan jauh dari rumah untuk sampai ke sendhang. "Harus jalan kaki sekitar setengah kilometer," ucapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Grobogan, Endang Sulistyaningsih, mengatakan, sampai hari ini pihaknya telah mendata jumlah desa yang mengalami kekeringan dan krisis air bersih sekitar 96 desa. "Masih 96 desa yang kekeringan di Grobogan," kata Endang. #nurul_cgo
Sumber, Berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar