Caping Gunung Indonesia - Suparman (31), salah seorang warga Bojong Sudika, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, bersyukur karena ia dan anaknya selamat dari ancaman banjir.
Suparman dan anaknya yang berusia 4 tahun nekat meloncat dari lantai dua rumahnya saat genangan air mengepung kediamannya pada Selasa (20/9/2016) malam lalu. Itu dilakukannya sebelum gelombang besar banjir bandang datang.
"Saya waktu itu nekat langsung loncat sama anak saya setelah genangan air mulai mengepung rumah. Lantai satu rumah saya sudah dipenuhi air," tutur Suparman di lokasi kejadian, Kamis (22/9/2016).
Tak berselang lama setelah keluar rumah, Suparman melihat gelombang air besar yang langsung meratakan rumahnya hingga tak bersisa.
Kondisi perkampungan yang sebelumnya terdapat ratusan rumah langsung gelap gulita. Baru pagi harinya diketahui bahwa kampung itu rata dengan tanah akibat gelombang banjir bandang.
"Rumah saya dekat dengan Sungai Cimanuk. Saya setelah lompat menuju lokasi paling tinggi. Saya tak tahu sebelumnya nasib rumah saya. Pagi harinya dilihat sudah rata dengan tanah," ujar dia.
Ia menuturkan, banjir bandang itu tidak datang sekaligus saat kejadian di wilayahnya. Awalnya ada genangan air dulu dan disusul gelombang air tinggi sekitar 10 meter dan langsung melenyapkan ratusan rumah di perkampungannya.
"Bisa lihat kan, banyak mobil yang terbawa arus dan berada di pinggir sungai," kata dia.
Sampai siang ini, di lokasi kejadian terus berdatangan bantuan dan pejabat yang berkunjung.
Bantuan berupa bahan pokok dan selimut mulai didatangkan ke lokasi paling parah terdampak banjir bandang.
Tim gabungan SAR masih melakukan pencarian korban yang masih dinyatakan hilang di lokasi kejadian. Namun, di lokasi ini sejak pagi sampai siang ini belum ada temuan lagi korban meninggal.
Suparman dan anaknya yang berusia 4 tahun nekat meloncat dari lantai dua rumahnya saat genangan air mengepung kediamannya pada Selasa (20/9/2016) malam lalu. Itu dilakukannya sebelum gelombang besar banjir bandang datang.
"Saya waktu itu nekat langsung loncat sama anak saya setelah genangan air mulai mengepung rumah. Lantai satu rumah saya sudah dipenuhi air," tutur Suparman di lokasi kejadian, Kamis (22/9/2016).
Tak berselang lama setelah keluar rumah, Suparman melihat gelombang air besar yang langsung meratakan rumahnya hingga tak bersisa.
Kondisi perkampungan yang sebelumnya terdapat ratusan rumah langsung gelap gulita. Baru pagi harinya diketahui bahwa kampung itu rata dengan tanah akibat gelombang banjir bandang.
"Rumah saya dekat dengan Sungai Cimanuk. Saya setelah lompat menuju lokasi paling tinggi. Saya tak tahu sebelumnya nasib rumah saya. Pagi harinya dilihat sudah rata dengan tanah," ujar dia.
Ia menuturkan, banjir bandang itu tidak datang sekaligus saat kejadian di wilayahnya. Awalnya ada genangan air dulu dan disusul gelombang air tinggi sekitar 10 meter dan langsung melenyapkan ratusan rumah di perkampungannya.
"Bisa lihat kan, banyak mobil yang terbawa arus dan berada di pinggir sungai," kata dia.
Sampai siang ini, di lokasi kejadian terus berdatangan bantuan dan pejabat yang berkunjung.
Bantuan berupa bahan pokok dan selimut mulai didatangkan ke lokasi paling parah terdampak banjir bandang.
Tim gabungan SAR masih melakukan pencarian korban yang masih dinyatakan hilang di lokasi kejadian. Namun, di lokasi ini sejak pagi sampai siang ini belum ada temuan lagi korban meninggal.
0 comments:
Posting Komentar