Caping Gunung Indonesia - Sebanyak 400 peserta ikut dalam Simulasi Gabungan Sekolah Siaga Bencana (SSB) di Situ Gintung akhir pekan kemarin. Mereka berasal dari 20 SMA/SMK di lingkup Kota Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Acara itu merupakan gagasan Bank Indonesia yang bersinergi dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT). BI menginginkan tiap sekolah memiliki tim Manajemen Bencana Berbasis Sekolah (MBBS) yang cakap dan andal.
Pasalnya, memiliki tim elite dalam penanggulangan bencana di sekolah merupakan suatu hal yang langka. Meskipun sekolah merupakan elemen penting bagi masa depan bangsa, namun keselamatan civitas akademik masih kurang diperhatikan.
Pembentukan SSB bertujuan membangun sekolah yang memiliki sistem manajemen bencana. Dengan begitu memungkinkan sekolah memiliki kesiap-siagaan terhadap bencana banjir, kebakaran dan gempa. Sebagai pilot project 2015, program ini sementara berfokus di wilayah DKI Jakarta.
“Kita semua tahu bahwa sekolah merupakan elemen penting dalam pembangunan masa depan bangsa. Namun fakta di lapangan, perhatian kita terhadap keselamatan sivitas sekolah (guru, karyawan, siswa) masih dianggap hal sepele. Padahal kejadian bencana di sekolah makin marak belakangan ini,” ujar Karsono Asisten Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Agenda itu mensimulasikan tiga bahaya yakni kebakaran, banjir, dan gempa bumi. Simulasi ini merupakan bagian dari silabus pelatihan Sekolah Siaga Bencana, memadukan knowledge dan skill.
Sebelumnya, sisi knowledge telah diberikan di kelas-kelas pendampingan indoor, di sekolah masing-masing; adapun simulasi diberikan di kelas outdoor. Program SSB meliputi proses assesment, pembentukan manajemen berbasis sekolah, capacity building (berupa training dan simulasi/drill), hingga monitoring dan evaluasi (monev). “Kami berharap tim MBBS ini bisa menjadi semacam tim elite dalam penanggulangan bencana di sekolah. Itulah mengapa kami gelar simulasi gabungan di Situ Gintung. Nanti ke depannya akan kami gelar semacam jambore SSB, “ kata Insan Nurrohman, Vice President Aksi Cepat Tanggap. #Lilis_cgo
Acara itu merupakan gagasan Bank Indonesia yang bersinergi dengan Aksi Cepat Tanggap (ACT). BI menginginkan tiap sekolah memiliki tim Manajemen Bencana Berbasis Sekolah (MBBS) yang cakap dan andal.
Pasalnya, memiliki tim elite dalam penanggulangan bencana di sekolah merupakan suatu hal yang langka. Meskipun sekolah merupakan elemen penting bagi masa depan bangsa, namun keselamatan civitas akademik masih kurang diperhatikan.
Pembentukan SSB bertujuan membangun sekolah yang memiliki sistem manajemen bencana. Dengan begitu memungkinkan sekolah memiliki kesiap-siagaan terhadap bencana banjir, kebakaran dan gempa. Sebagai pilot project 2015, program ini sementara berfokus di wilayah DKI Jakarta.
“Kita semua tahu bahwa sekolah merupakan elemen penting dalam pembangunan masa depan bangsa. Namun fakta di lapangan, perhatian kita terhadap keselamatan sivitas sekolah (guru, karyawan, siswa) masih dianggap hal sepele. Padahal kejadian bencana di sekolah makin marak belakangan ini,” ujar Karsono Asisten Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia.
Agenda itu mensimulasikan tiga bahaya yakni kebakaran, banjir, dan gempa bumi. Simulasi ini merupakan bagian dari silabus pelatihan Sekolah Siaga Bencana, memadukan knowledge dan skill.
Sebelumnya, sisi knowledge telah diberikan di kelas-kelas pendampingan indoor, di sekolah masing-masing; adapun simulasi diberikan di kelas outdoor. Program SSB meliputi proses assesment, pembentukan manajemen berbasis sekolah, capacity building (berupa training dan simulasi/drill), hingga monitoring dan evaluasi (monev). “Kami berharap tim MBBS ini bisa menjadi semacam tim elite dalam penanggulangan bencana di sekolah. Itulah mengapa kami gelar simulasi gabungan di Situ Gintung. Nanti ke depannya akan kami gelar semacam jambore SSB, “ kata Insan Nurrohman, Vice President Aksi Cepat Tanggap. #Lilis_cgo
0 comments:
Posting Komentar