Ing Ngarsa Sung Pawarta Ing Madya Mangun Karya Tut Wuri Jaya-jaya Wijayanti

our facebook page

Keramat Beji (Bedji) Kebon

Realita, Mistik, dan Keterkaitannya dengan 

The Peasant’s Revolt of Banten in 1888

Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur (sekitar 300 meter utara Balai Ds. Nglongsor Kec. Tugu)
Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek Prov. Jawa Timur (sekitar 250 meter utara Balai Ds. Nglongsor Kec. Tugu). Area Beji tempo dulu Insyaalloh ada di pekarangan H. Abdulgani.
Sampai hari ini (13 Agustus 2015), Beji Dsn. Kebon Ds. Gondang Kec. Tugu Kab. Trenggalek oleh warga sekitar masih dianggap keramat. Beji diyakini banyak warga sebagai tempat untuk “nyadran” (mencari pesugihan). Seorang warga yang menggarap sawah di sebelah barat Beji mengatakan: “Beji dulu luasnya 40 (empat puluh) ru. Tapi sepertinya, sekarang sudah berkurang (semakin sempit)”. Berkurangnya luas area Beji ini mungkin disebabkan antara lain oleh ulah mereka (orang-orang) di sekitarnya.
Sekalipun sekarang masih ada juru kuncinya. Beji kini nampak sudah tidak terurus dan tidak banyak pengunjungnya. Tetapi bau mistiknya masih belum hilang. Di area ini masih terasa “singlu” (ada semacam energi gaib). Seorang supranatural (Rutsan Cahyo dari Majan Tulungagung) ketika saya ajak ke lokasi (12 Agustus 2015) membenarkan adanya energi gaib tersebut. Pada saat itu saya (Edy Rochani) bersama Rutsan Cahyo, dan Dony (saudara Rutsan dari Majan Tulungagung) datang ke lokasi sekitar jam 11.00 siang. Saya dan Dony mengelilingi lokasi, sementara Rutsan duduk bersila di bawah pohon beringin (ringin).
Kemudian Dony menunggu Rutsan, sementara saya menghampiri seorang penggarap sawah sebelah barat area, ngobrol dengannya hingga beberapa saat. Selesai Rutsan bersila, Dony menghampirinya dan beberapa saat kemudian saya pun menghampiri mereka berdua. Saya bertanya:
Edy       :  “Gimana?”
Rutsan  :  “Ya. Memang masih ada. Tapi nampaknya sudah tidak terlalu besar”.
Edy       :  “Apakah negatif?”
Rutsan  :  “Tidak”.
Edy       :  “Bagaimana dengan cerita orang-orang bahwa di sini ada masjid gaib?”
Rutsan  :  “Ya. Memang ada. Sekitar sebelah utara gubuk di bawah/dalam tanah. Masjid itu sangat besar”.
Habis Dhuhur (sebelumnya kami singgah di rumah Tatang Kristiawan belakang / selatan BRI Unit Tugu), kami bertiga melaju ke Trenggalek Kota (Yayasan Capil Indonesia) atau rumah Mbah Regan Subiyanto Jl WR. Supratman No. 1 Sumbergedong Trenggalek. Saya memang pernah bilang sama Mbah Regan bahwa: “Saya punya teman dari Tulungagung yang katanya selama ini, sejak tahun 2006 hingga kini masih belajar masalah-masalah ilmu gaib”. Mbah Regan menjawab: “Itu anak sebenarnya sedang sakit seperti saya dulu. Sebaiknya temanmu itu segera di bawa ke pondok salaf sebelum terlambat”.
Setelah beberapa saat duduk di ruang tamu, Bu Yani (istri Mbah Regan) menghampiri kami sambil membawakan kopi hitam. Mbah Regan mulai membuka percakapan, memperkenalkan diri pada Rutsan dan Dony. Banyak sekali Mbah Regan bercerita masalah pengalaman masa lalu yang inti/ending-nya adalah sebagai berikut: “Orang hidup itu ndhak usah neko-neko (banyak tingkah). Ikuti saja sunatulloh. Insyaalloh selamat”.
Tidak terasa waktu Ashar telah tiba, Rutsan dan Dony pamit pulang. Saya menceritakan dialog saya dengan Rutsan ketika di Beji. Menurut Mbah Regan: “Kalau dikatakan Rutsan energi di sana tidak jahat, menurut saya sebaliknya. Ada semacam kekuatan yang mendorong manusia datang ke sana untuk tujuan salah”, ungkapnya. Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan? “Sebaiknya bersihkan/rapikan tempat tersebut dari tanaman-tanaman yang kurang berguna, kemudian beri lampu terang di malam hari. Selain itu gunakan untuk rekreasi, photo-photo, dan sebagainya agar para lelembut jahat yang ada di sana segera pergi”, pendapat Mbah Regan.
Kontradiksi pendapat antara Rutsan Cahyo dan Mbah Regan Subiyanto bagi saya no komen. Saya hanya ingin mengatakan: “Beji adalah salah satu situs sejarah yang keberadaannya perlu dilestarikan. Warga sekitar dan pihak pemerintah juga para tokoh masyarakat maupun tokoh agama bekerja sama dalam hal ini. Menetralisir aura Beji dari energi buruk yang selama ini warga sekitar yakini”.
Dalam pandangan saya: “Beji bukanlah tempat untuk mencari pesugihan. Beji dalam sejarahnya adalah spirit perjanjian dan sekaligus do’a para leluhur agar generasi berikutnya selalu ingat dan hidup di jalan yang lurus (taat kepada Alloh, mencari ridho Alloh, dan menegakkan agama Alloh)”
Mak Waini berpendapat: “Orang-orang yang datang ke Beji untuk tujuan tidak baik adalah merupakan bentuk kebodohan, mereka terperangkap oleh tipu daya syetan”.
Realita Beji yang sampai saat ini perlu dicermati adalah: “Menurut Mbok Supi, mengatakan bahwa sekali pun tanaman-tanaman yang ada ditebang habis, ada 3 (tiga) tanaman yang kembali tumbuh di area ini yakni: Kembang Wungu, Ringin, dan Jambe”Mengapa? Ada apa dengan semua ini? Adakah hubungannya dengan hidup dan kehidupan kita di dunia yang fana ini?
Bismillah Alhamdulillah, Laa haula wa laa quwwata illa billah. Tumbuhnya ketiga tanaman itu dalam pandangan saya ada keterkaitannya dengan masalah hidup yang sedemikian kompleks, dimana spirit (semangat / jiwa) yang terkandung di dalam ketiga tanaman tersebut saling terkait tak terpisahkan. Pandangan ini tidak harus dipercaya sebab memang bukan kalam Alloh yang wajib diyakini, namun hanya sebatas perenungan saya yang terlalu bodoh:
  • Kembang Wungu
PHARBITIS NIL (L.) CHOISY
Sinonim : Pharbilis pwpurea L
Klasifikasi :
DivisiSpermaiophytaSub divisiAngiospermaeKelasDicotyledoneaeBangsaSolanales;  Suku Convolvulaceae;  Marga Pharbitis;  Jenis : Pharbilis nil (L.) Choisy
Nama umum / dagang Kembang Wungu;  Nama daerah Jawa Kerabang Wungu (Jawa)
Diskripsi :
Habitus : Terna, tahunan, memanjat, merambat, panjang mencapai 10 m;
Batang : Bulat, membelit, permukaan berbulu, hijau keunguan;
Daun : Tunggal, berseling, tangkai silindris, kasar, panjang 5-10 cm, hijau keunguan, helaian daun bentuk jantung, ujung meruncing, pangkal bertoreh raerabulal, tepi berlekuk atau rata, panjang 5-15 cm, lebar 5-10 cm, pertulangan menjari, permukaan halus, hijau gelap;
Bunga : Tunggal, di ketiak daun, kelopak berlepasan bagian pangkal membentuk tabung, panjang 2-3 cm, hijau, mahkota bentuk terompet, panjang 3-8 cm, halus, ungu bagian dalam ungu tua;
Buah Buni, bentuk hulat telur, lunak, pennukaan licin, panjang 5-10 cm, hijau keunguan;
Biji Bulat, jumlah banyak, pennukaan berusuk, kecil, hitara;
Akar Serabut, putih kehitaman.
Ekologi dan penyebaranMerupakan tumbuhan liar yang umum dijumpai tumbuh di pinggir hutan, tepi jalan, lereng-lereng tebing atau kadang dibudidayakan untuk penutup pagar dan pergola. Tumbuh baik di lanah yang lembab dan subur pada ketinggian 100 m hingga 1.000 m di atas permukaan laut. Berbunga pada bulan Juli-Agustus. Panen buah yang sudah tua atau daun di musim kemarau.
Bagian yang digunakanBiji dan daun dalam keadaan segar atau setelah dikeringkan.
Kegunaan
Pencahar, peluruh air seni, anti radang.
Khasiat dan pemanfaatan
Pencahar : biji kembang wungu kering sebanyak 10 gram dicuci, direbus dengan 200 ml air sampai air rebusan tinggal setengahnya, setelali dingin diminum sekaligus, jangan digunakan bersama buah Croton tiglium.
Obat bengkak : 60 gram daun segar ditumbuk halus, tempelkan pada bagian yang sakit dibalut dengan kain bersih.
Kandungan kimia
Biji dan daun kembang wungu mengandung alkaloid dan saponin, di samping itu bijinya juga mengandung anfrakinon sedangkan daunnya mengandung polifenol. (Sumber: http://www.herbalisnusantara.com/tanamanobat/5-075.pdf)

Individu / Pribadi yang Kuat:
Punya Mimpi dan Berusaha Mewujudkannya. Kembang atau bunga menggambarkan sesuatu yang indah, impian hidup yang indah / mulia. Wungu bahasa Jawa, dalam bahasa Indonesia dapat diartikan bangun. Bangun dari tidur, belajar, berusaha, bekerja, pantang menyerah dalam rangka meraih mewujudkan mimpi menjadi sebuah kenyataan.
Salah satu manfaat tanaman Kerabang Wungu (Kembang Wungu) sebagai obat pencahar dan peluruh air seni mengingatkan kita bahwa mimpi yang telah terwujud berupa apa pun (ilmu, harta, jabatan, pangkat, dsb.), bukanlah untuk diri kita pribadi. Bahwa selain sebagai individu, sekaligus kita adalah makhluk sosial. Ada sebagian dari padanya adalah hak saudara kita dan makhluk-makhluk lainnya, dan itu wajib kita berikan dengan penuh keikhlasan.

  • Ringin
Di kalangan masyarakat Jawa, pohon beringin (ringin) dikenal mempunyai filosofi tersendiri, yakni sebagai pohon yang kokoh kuat dan mengayomi. Beringin tidak tumbuh ke atas, namun tumbuhnya melebar, mengembang dan terkadang kembali ke bawah menjuntai. Itu juga berarti orang harus mengenal asal usulnya,.. darimana dia berasal.
Pohon beringin juga selalu menjernihkan mata air yang ada di sekitarnya. Tanaman beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman konservasi mata air dan penguat lereng alami. Hal tersebut dapat dilihat dari struktur perakarannya yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik.
Selain itu, jenis-jenis beringin memang diketahui sebagai habitat beberapa burung, reptilian, serangga dan mamalia yang mengkonsumsi buahnya. Jadi, dengan menanam beringin, secara tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna yang menjadikan beringin sebagai tempat hidupnya.
Beringin merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan. Selain itu keberadaan tanaman beringin pada kawasan hutan bisa dijadikan sebagai indikator proses terjadinya suksesi hutan. Beringin juga merupakan tanaman yang memiliki umur sangat tua, tanaman tersebut dapat hidup dalam waktu hingga ratusan tahun.
Pohon beringin juga sangat identik dengan segala sesuatu yang berbau mistis. Banyak orang menganggap pohon besar ini suci dan tempat kekuatan magis berkumpul. Tak jarang pula orang yang berpikir kalau lokasi di sekitar pohon beringin adalah tempat yang angker. Hal ini dapat dimaklumi karena pohon tersebut rindang dan ‘singup’, tak heran kalau makhluk halus kerasan tinggal di sana menjadi penunggunya.
Namun, di balik semua rahasia yang tersimpan, pohon ini ternyata memiliki manfaat besar dalam menyembuhkan sejumlah penyakit.
Beringin yang bernama latin Ficus benyamina L, memiliki ketinggian sekitar 20 – 25 m. Batangnya tegak, bulat, dengan permukaan kasar. Pada bagian batang ini keluar akar gantung (akar udara). Pohon yang disebut waringin pada masyarakat Jawa dan Sumatera ini, memiliki bentuk daun tunggal, bertangkai pendek, dengan letak bersilang berhadapan. Bunganya tunggal, keluar dari ketiak daun, sementara buahnya buni bewarna hijau saat masih muda dan merah setelah tua.
Kandungan :
Akar udara yang terletak pada bagian batang pohon beringin mengandung asam amino, fenol, gula, dan asam orange. Memiliki rasa yang sedikit pahit, namun sejuk.
Khasiat :
Akar dan daun adalah bagian dari tanaman yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit. Akar udara dapat dimanfaatkan untuk mengatasi pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri pada rematik sendi, dan luka terpukul (memar). Sementara daunnya berkhasiat menyembuhkan influenza, radang saluran napas (bronkitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (akut enteritis), disentri, dan kejang panas pada anak.
Untuk mengatasi kejang panas pada anak, Anda bisa menyiapkan sekitar 100 g daun beringin segar. Cuci bersih lalu rebus bersama 5 liter air selama 25 rnenit. Gunakan air rebusan ini selagi hangat untuk memandikan anak yang sakit.
Untuk mengobati bronchitis , caranya : Rebus 75 g daun beringin segar dan 18 g kulit jeruk mandarin dengan 3 gelas air, sampai tersisa sekitar 1 gelas saja. Setelah dingin saring dan minum 3 kali sehari pagi, siang dan malam. Lakukan selama 10 hari.
Sedang untuk mengatasi radang usus atu disentri caranya : Cuci bersih 500 g daun beringin segar dan rebus dengan 3 gelas air sampai tersisa sekitar 1 gelas saja. Setelah dingin saring dan minum 2 kali sehari pagi dan sore masing – masing 1/2 gelas. (Sumber: Kinanthi, Nguri-uri Kabudayan Jawa via http://nisyacin.blogdetik.com)

Solidaritas yang Kuat:
Mau bekerjasama, duduk bersama bermusyawarah, gotong-royong, bahu-membahu, guyub-rukun, setia kawan, merasa senasib seperjuangan. Lebih jauh mau berinteraksi dengan sesama makhluk lainnya. Bagaimana kita sebagai makhluk Tuhan yang sempurna bisa menghargai makhluk lain, menempatkan diri bukan dalam arti menghamba pada makhluk lain, penghambaan yang benar hanyalah kepada Tuhan.

  • Jambe
Pohon Jambe/Pinang memiliki nama yang bermacam-macam seperti Bua, Pinang, Penang, Pineung dan lain sebagainya. Sebagian besar masyarakat di Indonesia tentu telah mengenal akan buah yang satu ini. Biasanya, pohonnya digunakan sebagai perlombaan yaitu lomba memanjat pinang.
Selain dimanfaat untuk perlombaan, pohon yang tumbuh di daerah dengan ketinggian sekitar 1400 meter di atas permukaan laut ini ternyata dimanfaatkan pula untuk mengobati berbagai jenis penyakit. Buah pinang mengandung berbagai zat yang sangat bermanfaat untuk kesehatan seperti arecolidine, arecaidine, guvacoline, guracine dan berbagai senyawa lainnya. Selain buahnya yang bermanfaat, biji buah pinang juga bermanfaat untuk merangsang otak karena bersifat adiktif dan memilki kandungan alkaloida yang juga bermanfaat seperti arekaina dan arekolina.
Selain untuk mengobati berbagai penyakit, buah pinang juga bermanfaat untuk menambah stamina terutama pada pria agar tidak cepat lemas dan loyo. Tidak sedikit orang yang mencari cara untuk meningkatkan stamina agar tetap kuat dan greng.
Nah, ternyata buah pinang ini bermanfaat sebagai suplemen untuk meningkatkan stamina pria secara optimal. Sayangnya, masih belum banyak yang tahu manfaat dari buah Pinang yang satu ini. Padahal, sudah sejak dari zaman dahulu, buah ini dipercaya mampu meningkatkan keperkasaan pria dikarenakan kandungan khusus yang terdapat di dalam buah tersebut. Misalnya, saja menurut berbagai sumber pada zaman dahulu para tentara mengonsumsi buah Pinang ketika harus berkelana di dalam hutan hingga untuk melawan penjajah.
Buah Pinang juga cocok untuk dijadikan sebagai santapan sehari-hari sehingga meskipun jarang mendapatkan asupan makanan, orang yang mengonsumsinya akan tetap memiliki stamina yang mantap. Buah Pinang juga bermanfaat bagi yang sudah berkeluarga, yakni untuk meningkatkan stamina pria dewasa. Caranya dengan dibuat jus. Pertama-tama siapkan buah pinang lalu pisahkan dari kulitnya. Setelah itu, campurkan dengan kuning telur, madu dan susu lalu blender sampai halus. Agar ampasnya tidak ikut terminum, maka sebaiknya jus disaring terlebih dahulu.  (Sumber: http://caramemperbesarpenisku.net/khasiat-buah-pinang-untuk-meningkatkan-keperkasaan-pria/)

Aqidah yang Kuat:
Belum pernah ada pohon Jambe/Pinang memiliki cabang. Jika ada, itu berarti tidak wajar atau tidak nomal. Begitulah gambaran pohon jambe bagaimana semestinya makhluk terhadap Tuhan (Alloh), selalu mengesakan-Nya. Jika ada makhluk menuhankan selain dari pada-Nya, itu artinya sedang sakit (tidak wajar / tidak normal layaknya jambe yang bercabang) karena itu tidak harus dibenci tetapi perlu dibantu dicarikan obat / solusinya.
Jika buah jambe diyakini bisa untuk menjaga stamina pria, harusnya ini bisa lebih mendorong spirit kita bahwa menjaga kesehatan lahir maupun batin itu adalah wajib hukumnya. Bagaimana mungkin aqidah kita bisa terjaga sementara lahir utamanya batin kita sakit-sakitan?


Share:

2 comments:

Definition List

Unordered List

Support