Ing Ngarsa Sung Pawarta Ing Madya Mangun Karya Tut Wuri Jaya-jaya Wijayanti

our facebook page

Syair-syair Teror Mbah Daliman

Syair-syair Teror Mbah Daliman
"Seseorang bisa menjadi panutan bagi masyarakat bukan karena darah keturunan yang mengalir di tubuhnya, melainkan karena ilmu pengetahuannya, pikiran-pikirannya, gagasan-gasasannya, dan sepak terjangnya yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat."
(Anies Baswedan - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI)
Caping Gunung Indonesia - Gambar di atas adalah potret barang yang kami temukan juga di rumah almarhumah Mbah Marsinem tanggal 6 Mei 2015. Berada di atas bak mandi, barang tersebut hampir tak terselamatkan dimakan rayap. 

Menurut kesaksian Mbok Supi; Mbah Menan pernah mengatakan bahwa: "Barang ini dulu merupakan gaman, tanpa menjelaskan guna dan milik siapa." Sepengetahuan yang pernah dilihat Mbok Supi dan Saudara-saudaranya, selain barang tersebut dulu ada juga tongkat dan tombak. 

Mbah Menan adalah suami dari Mbah Marsinem. Pasangan ini memiliki 9 (sembilan) putra-putri: Musni, Usrek, Supi Senen, Muriyah, Jito, Warisah, Waini, dan Sutiyah.

Almarhum Mbah Menan dikebumikan di Pemakaman Umum Dsn. Talun Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek, beberapa jengkal di sebelah barat makam orang tua beliau yakni Mbah Kasbi + Mbah Aminah. Di lokasi yang sama juga terdapat makam Senen dan Jito, juga Budiono (anak dari Mbok Warisah). Sedang almarhumah Mbah Marsinem dimakamkan di lokasi yang sama dengan Mbah Daliman.

Kesaksian anak-anak Mbah Menan + Mbah Marsinem yang sekarang masih hidup mengatakan bahwa Mbah Menan dan Mbah Kasbi boleh dibilang teman seperjuangan.

Barang yang dulu dikatakan oleh Mbah Menan sebagai gaman (senjata) menurut saya ada benarnya sebab barang tersebut ada kemiripan dengan "tameng". Yakni alat yang biasa dipakai prajurit zaman kerajaan dimana tameng berfungsi sebagai salah satu perisai/pelindung saat di medan perang.

I. Siapa Mbah Daliman dan Mbah Kasbi?

Dari kronologi cerita di atas dapat dianalogikakan sebagai berikut: 
  • Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah prajurit kerajaan yang berhasil meloloskan diri dari kepungan bala tentara VOC/Belanda saat terjadi perang fisik dimana prajurit kerajaan kalah, terdesak, dan kocar-kacir.
  • Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah prajurit yang membangkang/berkhianat kepada kerajaan dan bersekutu dengan Belanda sehingga Belanda memberi kebebasan pada mereka.
  • Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah rakyat jelata yang kurang makan hingga menjadi anggota gerombolan perampok dan barang-barang peninggalan tersebut termasuk miras yang bisa dilihat di sini adalah sebagian hasil rampokannya.

II. Syair Teror Mbah Daliman dan Mbah Kasbi

Apakah Mbah Daliman dan Mbah Kasbi prajurit setia, ataukah prajurit pengkhianat, atau juga hanya rakyat jelata, bahkan mungkin perampok. Itu semua tidak terlalu penting. 

Ada hal lain yang lebih penting untuk dipahami oleh anak keturunannya dan anak-anak Indonesia pada umumnya yakni terkait dengan ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran tersebut berupa syair/tembang/do'a yang saya sebut sebagai "Teror Psikologis", sebab secara kejiwaan bisa mempengaruhi cara berfikir dan terutama cara ber-Tuhan bagi mereka yang mengamalkan. Sebagian ajaran yang sampai hari ini (21 Mei 2015) masih diamalkan oleh cucu-cucunya adalah sebagai berikut:

1. Menjelang Tidur

Asyhaduallaailaahailalloh wa asyhaduannaa muhammadarrosululloh
Bismillahirrohmaanirrohiim
Niat ingsun ngglethakne raga
Raga gemuling sukma nyandhing ati eling
Eling saka kersaning Allah
Laailaahaillalloh muhammadarrosululloh

2. Hendak Makan/Minum

Pendahulu kita banyak bercerita tentang zaman larang pangan (paceklik). Waktu itu diceritakan banyak orang mati kelaparan dan juga mati karena makanan beracun.

Dikisahkan oleh Mbok Supi: 

Waktu itu Mbah Menan sedang memasak ubi gadhung. Lalu Mbok Supi 
bertanya: "Pak, panganan ngene ki apa ra mendemi?" Jawab Mbah Menan: "Aja ngomong mendemi ndhuk. Kabeh tanduran neng alam ndonya ki digawe gusti kanggo manungsa. Sing penting halal ora bakal mendem. Lek kowe wedi mendem, donga dhisik sadurunge mangan."

Dan inilah do'anya:
Bismillahirrohmaanirrohiim
Gulu bengawan weteng segara
remuk-rempu barang mlebu dadi awu
Laailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Sepertinya do'a tersebut masih relevan hingga saat ini dimana sekarang adalah jaman obat-obatan, makanan minuman banyak mengandung bahan kimia, bahkan ada pula makanan anak yang mengandung pewarna tekstil, dan yang terhangat hari ini adanya beras plastik yang begitu membuat resah. Bukankah itu semua juga racun?

3. Penentram Hati

Iyun-iyun Badan

Yun iyun iyun badan
Iyun iyun susahing ati
Badan siji ginawa mati
Wonten donya nggadhahi dosa
Wonten akhirat dipun siksa
Alloh gusti nyuwun ngapura
Pundi-pundi kelangkung maring suwarga
Babatana rampasana
Sun babati pujiku kelawan matur
Babatana rampasana
Sun babati pujiku kelawan dzikir
Laailaahaillalloh muhammadarrosululloh

Aja turu sore-sore
Wong turu ana wayahe
Tengah wengi sun nglilira
Wong lara oleho tamba 
Tambane kayu tobat
Babatana rampasana
Sun babati pujiku kelawan matur
Babatana rampasana
Sun babati pujiku kelawan dzikir
Laailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Tembang ini dulu biasa digunakan rengeng-rengeng/ura-ura (bersenandung dengan penuh penjiwaan) oleh Mbah Marsinem sambil menggendong oroknya yang lagi rewel. Ini merupakan do'a Mbah Marsinem memohon pada Tuhan agar anak keturunannya tetap berpegang teguh pada kebenaran yang beliau yakini, Iman dan Islam.

4. Berangkat Mencari Ilmu / Beribadah / Kerja / Perang

Bismillahirrohmaanirrohiim
Niat ingsun ngibadah, ngibadah saking kersaning Allah
Bisa nyegah barang kang salah, manuta dhawuhe Allah
Allah ingkang tumindak, kawula ingkang ndherek
Laailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Ada kalimat sederhana namun luar biasa maknanya dalam do'a ini. Di sini kita benar-benar sumendhe (berserah diri) pada Tuhan. Sebuah ikrar bahwa tiada kita bisa berbuat kecuali Tuhan mengijinkan untuk itu, dalam kalimat do'a "Allah ingkang tumindak, kawula ingkang ndherek". Ini adalah ajaran tauhid yang demikian tinggi.

5. Ketika Sakit / Mendapat Musibah

Bismillahirrohmaanirrohiim
Gusti Allah kula nyuwun pangapura anggen kula nampi ganjaran sakit
Kula nyuwun waras kados saderenge nampi ganjaran sakit
Bismillahirrohmaanirrohiim
Bisteguhlahrahayutekaslamet
Ono lara saka Mekah Ono waras saka Medinah
Aku njaluk loro wae
Tak lirik tekan becik tak sawang ilang
Ilang saka kersaning Allah
Laailaahahailalloh muhammadarrosululloh
Do'a ini diajarkan oleh Mbah Menan kepada Pak Miselan suami almarhumah Mbok Usrek. Dibaca setiap selesai sholat. Menurut Pak Miselan dulu ia dan keluarganya sering sakit-sakitan hingga akhirnya Mbah Menan memwasiatkan do'a ini.

Apabila diperlukan untuk memagari rumah dibaca di depan rumah, samping kanan rumah, belakang rumah, samping kiri rumah dalam 4 waktu yakni jam 7 malam, 9 malam, 1 malam, 4 pagi selama 7 hari yang sama meloncat per 7 hari. Misal: 1. Jum'at Pon; 2. Jum'at Kliwon; 3. Jum'at Pahing; 4. Jum'at Wage; 5. Jum'at Legi; 6. Jum'at Pon; 7. Jum'at Kliwon.

Pada saat melakukan do'a memagari rumah, dilakukan dengan tidak tidur sejak jam 7 malam hingga jam 7 malam hari berikutnya (boleh ditemani orang lain yang dipercaya). 

=================
  • Semua do'a di atas diakhiri dengan lafadz "Laailaahahailalloh muhammadarrosululloh" dibaca dengan menahan nafas. 
  • Gambar botol miras dan gambar tameng di atas dipotret oleh Nidha Urrosalin (buyut Mbah Daliman / anak ke dua dari Mbok Sutiyah)
Semoga ada manfaatnya. Wallohua'lam.#erika_cgo

Referensi:

Penulis: Edy Rochani (Sekjen Yayasan Capil Indonesia)

Share:

0 comments:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support