"Seseorang bisa menjadi panutan bagi masyarakat bukan karena darah keturunan yang mengalir di tubuhnya, melainkan karena ilmu pengetahuannya, pikiran-pikirannya, gagasan-gasasannya, dan sepak terjangnya yang selalu mengedepankan kepentingan rakyat."
(Anies Baswedan - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI)
Caping Gunung Indonesia - Gambar di atas adalah potret barang yang kami temukan juga di rumah almarhumah Mbah Marsinem tanggal 6 Mei 2015. Berada di atas bak mandi, barang tersebut hampir tak terselamatkan dimakan rayap.
Menurut kesaksian Mbok Supi; Mbah Menan pernah mengatakan bahwa: "Barang ini dulu merupakan gaman, tanpa menjelaskan guna dan milik siapa." Sepengetahuan yang pernah dilihat Mbok Supi dan Saudara-saudaranya, selain barang tersebut dulu ada juga tongkat dan tombak.
Mbah Menan adalah suami dari Mbah Marsinem. Pasangan ini memiliki 9 (sembilan) putra-putri: Musni, Usrek, Supi Senen, Muriyah, Jito, Warisah, Waini, dan Sutiyah.
Almarhum Mbah Menan dikebumikan di Pemakaman Umum Dsn. Talun Ds. Nglongsor Kec. Tugu Kab. Trenggalek, beberapa jengkal di sebelah barat makam orang tua beliau yakni Mbah Kasbi + Mbah Aminah. Di lokasi yang sama juga terdapat makam Senen dan Jito, juga Budiono (anak dari Mbok Warisah). Sedang almarhumah Mbah Marsinem dimakamkan di lokasi yang sama dengan Mbah Daliman.
Kesaksian anak-anak Mbah Menan + Mbah Marsinem yang sekarang masih hidup mengatakan bahwa Mbah Menan dan Mbah Kasbi boleh dibilang teman seperjuangan.
Barang yang dulu dikatakan oleh Mbah Menan sebagai gaman (senjata) menurut saya ada benarnya sebab barang tersebut ada kemiripan dengan "tameng". Yakni alat yang biasa dipakai prajurit zaman kerajaan dimana tameng berfungsi sebagai salah satu perisai/pelindung saat di medan perang.
I. Siapa Mbah Daliman dan Mbah Kasbi?
Dari kronologi cerita di atas dapat dianalogikakan sebagai berikut:
- Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah prajurit kerajaan yang berhasil meloloskan diri dari kepungan bala tentara VOC/Belanda saat terjadi perang fisik dimana prajurit kerajaan kalah, terdesak, dan kocar-kacir.
- Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah prajurit yang membangkang/berkhianat kepada kerajaan dan bersekutu dengan Belanda sehingga Belanda memberi kebebasan pada mereka.
- Mbah Daliman dan Mbah Kasbi adalah rakyat jelata yang kurang makan hingga menjadi anggota gerombolan perampok dan barang-barang peninggalan tersebut termasuk miras yang bisa dilihat di sini adalah sebagian hasil rampokannya.
II. Syair Teror Mbah Daliman dan Mbah Kasbi
Apakah Mbah Daliman dan Mbah Kasbi prajurit setia, ataukah prajurit pengkhianat, atau juga hanya rakyat jelata, bahkan mungkin perampok. Itu semua tidak terlalu penting.
Ada hal lain yang lebih penting untuk dipahami oleh anak keturunannya dan anak-anak Indonesia pada umumnya yakni terkait dengan ajaran-ajarannya. Ajaran-ajaran tersebut berupa syair/tembang/do'a yang saya sebut sebagai "Teror Psikologis", sebab secara kejiwaan bisa mempengaruhi cara berfikir dan terutama cara ber-Tuhan bagi mereka yang mengamalkan. Sebagian ajaran yang sampai hari ini (21 Mei 2015) masih diamalkan oleh cucu-cucunya adalah sebagai berikut:
1. Menjelang Tidur
Asyhaduallaailaahailalloh wa asyhaduannaa muhammadarrosulullohBismillahirrohmaanirrohiimNiat ingsun ngglethakne ragaRaga gemuling sukma nyandhing ati elingEling saka kersaning AllahLaailaahaillalloh muhammadarrosululloh
2. Hendak Makan/Minum
Pendahulu kita banyak bercerita tentang zaman larang pangan (paceklik). Waktu itu diceritakan banyak orang mati kelaparan dan juga mati karena makanan beracun.
Dikisahkan oleh Mbok Supi:
Waktu itu Mbah Menan sedang memasak ubi gadhung. Lalu Mbok Supi
bertanya: "Pak, panganan ngene ki apa ra mendemi?" Jawab Mbah Menan: "Aja ngomong mendemi ndhuk. Kabeh tanduran neng alam ndonya ki digawe gusti kanggo manungsa. Sing penting halal ora bakal mendem. Lek kowe wedi mendem, donga dhisik sadurunge mangan."
Dan inilah do'anya:
BismillahirrohmaanirrohiimGulu bengawan weteng segararemuk-rempu barang mlebu dadi awuLaailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Sepertinya do'a tersebut masih relevan hingga saat ini dimana sekarang adalah jaman obat-obatan, makanan minuman banyak mengandung bahan kimia, bahkan ada pula makanan anak yang mengandung pewarna tekstil, dan yang terhangat hari ini adanya beras plastik yang begitu membuat resah. Bukankah itu semua juga racun?
3. Penentram Hati
Iyun-iyun Badan
Yun iyun iyun badanIyun iyun susahing atiBadan siji ginawa matiWonten donya nggadhahi dosaWonten akhirat dipun siksaAlloh gusti nyuwun ngapuraPundi-pundi kelangkung maring suwargaBabatana rampasanaSun babati pujiku kelawan maturBabatana rampasanaSun babati pujiku kelawan dzikirLaailaahaillalloh muhammadarrosulullohAja turu sore-soreWong turu ana wayaheTengah wengi sun ngliliraWong lara oleho tambaTambane kayu tobatBabatana rampasanaSun babati pujiku kelawan maturBabatana rampasanaSun babati pujiku kelawan dzikirLaailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Tembang ini dulu biasa digunakan rengeng-rengeng/ura-ura (bersenandung dengan penuh penjiwaan) oleh Mbah Marsinem sambil menggendong oroknya yang lagi rewel. Ini merupakan do'a Mbah Marsinem memohon pada Tuhan agar anak keturunannya tetap berpegang teguh pada kebenaran yang beliau yakini, Iman dan Islam.
4. Berangkat Mencari Ilmu / Beribadah / Kerja / Perang
BismillahirrohmaanirrohiimNiat ingsun ngibadah, ngibadah saking kersaning AllahBisa nyegah barang kang salah, manuta dhawuhe AllahAllah ingkang tumindak, kawula ingkang ndherekLaailaahaillalloh muhammadarrosululloh
Ada kalimat sederhana namun luar biasa maknanya dalam do'a ini. Di sini kita benar-benar sumendhe (berserah diri) pada Tuhan. Sebuah ikrar bahwa tiada kita bisa berbuat kecuali Tuhan mengijinkan untuk itu, dalam kalimat do'a "Allah ingkang tumindak, kawula ingkang ndherek". Ini adalah ajaran tauhid yang demikian tinggi.
5. Ketika Sakit / Mendapat Musibah
BismillahirrohmaanirrohiimGusti Allah kula nyuwun pangapura anggen kula nampi ganjaran sakitKula nyuwun waras kados saderenge nampi ganjaran sakitBismillahirrohmaanirrohiimBisteguhlahrahayutekaslametOno lara saka Mekah Ono waras saka MedinahAku njaluk loro waeTak lirik tekan becik tak sawang ilangIlang saka kersaning AllahLaailaahahailalloh muhammadarrosululloh
Do'a ini diajarkan oleh Mbah Menan kepada Pak Miselan suami almarhumah Mbok Usrek. Dibaca setiap selesai sholat. Menurut Pak Miselan dulu ia dan keluarganya sering sakit-sakitan hingga akhirnya Mbah Menan memwasiatkan do'a ini.
Apabila diperlukan untuk memagari rumah dibaca di depan rumah, samping kanan rumah, belakang rumah, samping kiri rumah dalam 4 waktu yakni jam 7 malam, 9 malam, 1 malam, 4 pagi selama 7 hari yang sama meloncat per 7 hari. Misal: 1. Jum'at Pon; 2. Jum'at Kliwon; 3. Jum'at Pahing; 4. Jum'at Wage; 5. Jum'at Legi; 6. Jum'at Pon; 7. Jum'at Kliwon.
Pada saat melakukan do'a memagari rumah, dilakukan dengan tidak tidur sejak jam 7 malam hingga jam 7 malam hari berikutnya (boleh ditemani orang lain yang dipercaya).
=================
- Semua do'a di atas diakhiri dengan lafadz "Laailaahahailalloh muhammadarrosululloh" dibaca dengan menahan nafas.
- Gambar botol miras dan gambar tameng di atas dipotret oleh Nidha Urrosalin (buyut Mbah Daliman / anak ke dua dari Mbok Sutiyah)
Semoga ada manfaatnya. Wallohua'lam.#erika_cgo
Referensi:
Penulis: Edy Rochani (Sekjen Yayasan Capil Indonesia)
0 comments:
Posting Komentar