Caping Gunung Indonesia - Sejak Si Kecil berusia 1 tahun, banyak orang tua yang mulai memasukkannya ke sekolah pendidikan usia dini. Tujuannya, agar anak mereka dapat belajar banyak hal seperti berhitung, membaca, atau menulis. Dan pengajaran yang diberikan dibuat menyenangkan layaknya bermain untuk anak-anak.
Namun, ada hal lain yang juga perlu diajarkan dan distimulasi sejak dini, yaitu mampu mengontrol emosi. Hal ini yang menjadi dasar dibuatnya sistem pengajaran yang dikenal dengan sebutan SEL atau Social Emotional Learning. SEL dianggap sebagai proses belajar yang efektif untuk diberikan sejak awal hingga anak masuk sekolah menengah atas.
SEL, yang semakin dikembangakan dalam dua tahun terakhir, memberi pemahaman kepada anak-anak untuk dapat mengontrol emosi dan perilaku mereka dalam hidup bersosial. Mereka juga bisa memiliki rasa empati sebagai tanda kepedulian terhadap orang lain, mampu memecahkan masalah secara efisien, dan bisa bertanggung jawab pada keputusan yang dibuatnya.
Sistem belajar SEL juga membuat Si Kecil mampu menjaga hubungan yang sehat dengan teman dan lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena ia mampu mengontrol diri untuk tidak melakukan tindakan impulsif, seperti memukul, berteriak, atau bersikap menantang. Selain itu, mereka juga lebih mampu mengungkapkan perasaan mereka, baik saat marah, sedih, kecewa, ataupun bahagia.
Namun, sistem pengajaran ini tidak bisa dilakukan secara sembarang. Hal pertama yang penting diperhatikan adalah iklim sekolah yang baik dan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Dengan begitu, tujuan SEL untuk membentuk kecerdasan emosional pun bisa terpenuhi.
Sekolah Berbasis SEL
Di Indonesia sendiri, masih sedikit sekolah yang memiliki sistem pengajaran menggunakan SEL. Padahal, sistem ini diyakini dapat mengurangi risiko bullying karena anak memiliki rasa menghargai dan menghormati yang lebih kepada orang lain. Kesadaran untuk bertanggung jawab juga semakin dimiliki oleh setiap anak.
Salah satu sekolah yang menerapkan sistem pengajaran SEL ini adalah Tutor Time. Kurikulum pembelajaran sosial-emosional atau SEL ini masuk dalam program SecondSTEP, yang di desain khusus untuk mengajarkan anak-anak bagaimana memahami dan mengontrol diri emosi mereka.Dalam SEL, emosi ini terbagi menjadi dua, yaitu positive feeling (bahagia, ceria, lega) dan strong feeling (marah, kecewa, sedih).
Namun, ada hal lain yang juga perlu diajarkan dan distimulasi sejak dini, yaitu mampu mengontrol emosi. Hal ini yang menjadi dasar dibuatnya sistem pengajaran yang dikenal dengan sebutan SEL atau Social Emotional Learning. SEL dianggap sebagai proses belajar yang efektif untuk diberikan sejak awal hingga anak masuk sekolah menengah atas.
SEL, yang semakin dikembangakan dalam dua tahun terakhir, memberi pemahaman kepada anak-anak untuk dapat mengontrol emosi dan perilaku mereka dalam hidup bersosial. Mereka juga bisa memiliki rasa empati sebagai tanda kepedulian terhadap orang lain, mampu memecahkan masalah secara efisien, dan bisa bertanggung jawab pada keputusan yang dibuatnya.
Sistem belajar SEL juga membuat Si Kecil mampu menjaga hubungan yang sehat dengan teman dan lingkungannya. Hal ini dapat terjadi karena ia mampu mengontrol diri untuk tidak melakukan tindakan impulsif, seperti memukul, berteriak, atau bersikap menantang. Selain itu, mereka juga lebih mampu mengungkapkan perasaan mereka, baik saat marah, sedih, kecewa, ataupun bahagia.
Namun, sistem pengajaran ini tidak bisa dilakukan secara sembarang. Hal pertama yang penting diperhatikan adalah iklim sekolah yang baik dan menggunakan kurikulum yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan anak. Dengan begitu, tujuan SEL untuk membentuk kecerdasan emosional pun bisa terpenuhi.
Sekolah Berbasis SEL
Di Indonesia sendiri, masih sedikit sekolah yang memiliki sistem pengajaran menggunakan SEL. Padahal, sistem ini diyakini dapat mengurangi risiko bullying karena anak memiliki rasa menghargai dan menghormati yang lebih kepada orang lain. Kesadaran untuk bertanggung jawab juga semakin dimiliki oleh setiap anak.
Salah satu sekolah yang menerapkan sistem pengajaran SEL ini adalah Tutor Time. Kurikulum pembelajaran sosial-emosional atau SEL ini masuk dalam program SecondSTEP, yang di desain khusus untuk mengajarkan anak-anak bagaimana memahami dan mengontrol diri emosi mereka.Dalam SEL, emosi ini terbagi menjadi dua, yaitu positive feeling (bahagia, ceria, lega) dan strong feeling (marah, kecewa, sedih).
Dalam mengontrol positive feeling, mereka bisa menjadi lebih mudah berbagi atau lebih aktif. Namun dalam mengontrol strong feeling, anak akan diajarkan untuk mampu menenangkan diri sendiri secara bertahap atau sesuai dengan usia mereka. Hal ini akan mampu mengurangi timbulnya stres pada anak, dan bisa diterapkan hingga mereka dewasa.
Dalam diri anak-anak juga akan muncul kepedulian dengan perasaan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. “Melalui program ini, anak-anak akan dibimbing untuk belajar, berlatih, dan menerapkan keterampilan untuk pengaturan diri dan kompetensi sosial-emosional,” jelas Cindee Spies, PGDE, M.Ed, Chief Operating Officer Tutor Time Indonesia.
Dengan begitu, Si Kecil bisa lebih siap untuk belajar dan bersekolah. Ia pun bisa menerapkan pembelajaran tentang bersosialiasi yang baik, sehingga tidak melakukan bullying, tindakan mengancam atau memiliki perilaku anti-sosial saat dewasa nanti.
Setiap Anak Beda Kebutuhan
Selain menggunakan sistem pengajaran SEL, Tutor Time juga memiliki rancangan yang mengayomi setiap aspek perkembangan anak, di antaranya keterampilan kognitif, fisik, bahasa, serta motorik halus dan kasar. Anak juga akan dirangsang dalam keterampilan untuk menyelesaikan suatu masalah sekaligus dalam berpikir kritis.
Tutor Time percaya bahwa pendidikan bukan hanya sekadar mengajarkan satu hal kepada semua anak dengan cara yang sama. Namun, setiap anak memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda, baik cara belajar maupun kemampuan memahaminya. “Kami memiliki filosofi ‘untuk memperkuat pilihan pendidikan di setiap usia, dan menciptakan pola didik yang paling pas untuk setiap anak’.
Dalam diri anak-anak juga akan muncul kepedulian dengan perasaan orang lain, mampu menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab. “Melalui program ini, anak-anak akan dibimbing untuk belajar, berlatih, dan menerapkan keterampilan untuk pengaturan diri dan kompetensi sosial-emosional,” jelas Cindee Spies, PGDE, M.Ed, Chief Operating Officer Tutor Time Indonesia.
Dengan begitu, Si Kecil bisa lebih siap untuk belajar dan bersekolah. Ia pun bisa menerapkan pembelajaran tentang bersosialiasi yang baik, sehingga tidak melakukan bullying, tindakan mengancam atau memiliki perilaku anti-sosial saat dewasa nanti.
Setiap Anak Beda Kebutuhan
Selain menggunakan sistem pengajaran SEL, Tutor Time juga memiliki rancangan yang mengayomi setiap aspek perkembangan anak, di antaranya keterampilan kognitif, fisik, bahasa, serta motorik halus dan kasar. Anak juga akan dirangsang dalam keterampilan untuk menyelesaikan suatu masalah sekaligus dalam berpikir kritis.
Tutor Time percaya bahwa pendidikan bukan hanya sekadar mengajarkan satu hal kepada semua anak dengan cara yang sama. Namun, setiap anak memiliki kebutuhan dan kemampuan yang berbeda-beda, baik cara belajar maupun kemampuan memahaminya. “Kami memiliki filosofi ‘untuk memperkuat pilihan pendidikan di setiap usia, dan menciptakan pola didik yang paling pas untuk setiap anak’.
Dengan begitu, sistem tersebut dapat memaksimalkan perkembangan holistik setiap anak, mengenali cara mereka belajar serta memanfaatkan intelegensi yang mereka miliki,” tambah Cindee.Berdiri sejak 1996, Tutor Time di Indonesia hadir di 9 cabang, di antaranya Kemang, Pondok Indah, Kelapa Gading Kirana, Kelapa Gading Bukit, Intercon Kebon Jeruk, Pluit, Serpong, Bandung, dan Surabaya. Sekolah yang sudah berusia 23 tahun ini pun telah mampu menciptakan anak berprestasi hingga ke dunia internasional. #nurul_cgo
Sumber, Berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar