Caping Gunung Indonesia - Produksi pertanian organik kini sedang dikembangkan di berbagai daerah,
mulai dari sayur mayur, padi hingga kedelai. Untuk menunjang
produktivitas pertanian organik sebuah rumah produksi di Trenggalek
berhasil membuat pupuk organik cair dengan memanfaatkan kotoran kambing
serta bonggol pisang.
Pendiri rumah produksi pupuk organik cair (POC) di Desa/Kecamatan Pogalan, Slamet Gunaji, mengatakan, pupuk organik produksinya kini dapat dimanfaatkan oleh para petani dan terbukti mampu mengkatkan produksi padi
"Dari berbagai demplot yang sudah kami lakukan ujicoba di Trenggalek maupun luar kota, semuanya mengalami peningkatan hasil panen. Dari sebelumnya itu hanya menghasilkan 5-6 ton/hektare, dengan pupuk organik ini bisa meningkat sampai tujuh ton ada juga yang lebih," kata Slamet Gunaji, Selasa (21/2/2018).
Pengembangan organik tersebut seluruhnya menggunakan bahan-bahan non kimia. Mulai dari kotoran kambing, bonggol pisang, karbon, bekatul serta 16 jenis bakteri. Seluruh bahan baku pupuk dilakukan pemrosesan selama 35 hari melalui sistem fermensi.
"Kami kerjasama dengan Pak Cahya selaku mentor kami, semua dilakukan pendampingan mulai awal hingga berproduksi ini. Kalau untuk jenis bakterinya macam-macam, nah untuk jenisnya ini salah satu yang pegang patennya pak Cahya," ujarnya.
Dari satu kali proses, rumah produksinya mampu menghasilkan sekitar 7.000 liter pupuk cair. Pupuk tersebut dinilai lebih aman dibandingkan dengan pupuk kimia, karena tidak menyebabkan kerusakan pada tanah dan unsur haranya. Namun keberadaan pupuk organik justru semakin menyuburkan tanah.
"Ini sudah kami buktikan, setelah selama satu tahun menggunakan pupuk yang kami beri nama Marolis ini, tanah tersebut kami ambil dan dibawa ke laboratorium, terbukti residunya tidak ada," jelasnya.
Slamet menjelaskan, pembangunan rumah produksi pupuk organik cair tersebut berawal saat ia dan sejumlah perwakilan mengikuti pelatihan pembentukan Desa Industri Mandiri di Blora pada tahun 2015. Dari proses tersebut, ia dan salah satu rekannya berkomitmen untuk mengembangkan POC di Trenggalek dengan didampingi langsung oleh ahli pupuk cair, Cahya Yudi Widianto.
"Di Trenggalek ini adalah yang berhasil, beberapa daerah lain gagal karena mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Sedangkan ini kami lakukan secara mandiri, Kemudian kami kerjasama dengan Dinas Pertanian Trenggalek," imbuhnya.
Slamet mengaku, saat ini produksi pupuknya tersebut telah mendapatkan angin segar dari pemerintah daerah untuk lebih dikembangkan. Sehingga bisa menyuplai kebutuhan pupuk petani dan mendorong terwujudnya pertanian organik.
"Ini menjadi sebuah koperasi yang sahamnya dimiliki oleh para kelompok-kelompok tani. Kami harap ini nanti akan berdampak positif terhadap pertanian di Trenggalek maupun daerah lain," katanya.
Sementara itu Pelaksana Tugas Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin mengapresiasi pendirian rumah produksi pupuk cair tersebut. Pihaknya berharap POC menjadi salah salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan pupuk sekaligus meningkatkan hasil panen.
"Kenapa kami prioritaskan di rumah produksi ini, karena yang dibutuhkan petani di sektor hulu dulu. Karena sering kali mereka kebingunan pupuk maupun bibit, nah ini yang harus dicarikan solusi dulu," ujarnya.
Menurutnya, pengembangan Desa Industri Mandiri tersebut merupakan salah satu dukungan untuk mewujudkan Desa Emas, salah satu percontohanya adalah Kabupaten Trenggalek. Keberadaan berbagai fasilitas pertanian di Trenggalek juga telah mendapat respon positif dari Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Indonesia, dengan mengunjungi langsung Trenggalek.
"Kami semua akan kerjasama dengan berbagai pihak, mulai dari AKD (Asosiasi Kepala Desa), KEIN yang saat ini hadir langsung di Trenggalek, serta beberapa yang lainnya," imbuhnya.
Strategi pengembangan sektor pertanian tidak hanya terhenti pada sektor produksi pupuk, namun juga akan menyentuh penyediaan bibit unggul hingga proses distribusi dan pemasaran hasil pertanian.
"Pertanian organik adalah salah satu yang sedang digandrugi oleh masyarakat. Nanti kami akan bantu untuk pemasaran, misalkan dengan mendorong para aparatur kita untuk mengkonsumsi beras lokal maupun beras organik lokal," jelas Ipin.
Pendiri rumah produksi pupuk organik cair (POC) di Desa/Kecamatan Pogalan, Slamet Gunaji, mengatakan, pupuk organik produksinya kini dapat dimanfaatkan oleh para petani dan terbukti mampu mengkatkan produksi padi
"Dari berbagai demplot yang sudah kami lakukan ujicoba di Trenggalek maupun luar kota, semuanya mengalami peningkatan hasil panen. Dari sebelumnya itu hanya menghasilkan 5-6 ton/hektare, dengan pupuk organik ini bisa meningkat sampai tujuh ton ada juga yang lebih," kata Slamet Gunaji, Selasa (21/2/2018).
Pengembangan organik tersebut seluruhnya menggunakan bahan-bahan non kimia. Mulai dari kotoran kambing, bonggol pisang, karbon, bekatul serta 16 jenis bakteri. Seluruh bahan baku pupuk dilakukan pemrosesan selama 35 hari melalui sistem fermensi.
"Kami kerjasama dengan Pak Cahya selaku mentor kami, semua dilakukan pendampingan mulai awal hingga berproduksi ini. Kalau untuk jenis bakterinya macam-macam, nah untuk jenisnya ini salah satu yang pegang patennya pak Cahya," ujarnya.
Dari satu kali proses, rumah produksinya mampu menghasilkan sekitar 7.000 liter pupuk cair. Pupuk tersebut dinilai lebih aman dibandingkan dengan pupuk kimia, karena tidak menyebabkan kerusakan pada tanah dan unsur haranya. Namun keberadaan pupuk organik justru semakin menyuburkan tanah.
"Ini sudah kami buktikan, setelah selama satu tahun menggunakan pupuk yang kami beri nama Marolis ini, tanah tersebut kami ambil dan dibawa ke laboratorium, terbukti residunya tidak ada," jelasnya.
Slamet menjelaskan, pembangunan rumah produksi pupuk organik cair tersebut berawal saat ia dan sejumlah perwakilan mengikuti pelatihan pembentukan Desa Industri Mandiri di Blora pada tahun 2015. Dari proses tersebut, ia dan salah satu rekannya berkomitmen untuk mengembangkan POC di Trenggalek dengan didampingi langsung oleh ahli pupuk cair, Cahya Yudi Widianto.
"Di Trenggalek ini adalah yang berhasil, beberapa daerah lain gagal karena mereka hanya mengandalkan bantuan pemerintah. Sedangkan ini kami lakukan secara mandiri, Kemudian kami kerjasama dengan Dinas Pertanian Trenggalek," imbuhnya.
Slamet mengaku, saat ini produksi pupuknya tersebut telah mendapatkan angin segar dari pemerintah daerah untuk lebih dikembangkan. Sehingga bisa menyuplai kebutuhan pupuk petani dan mendorong terwujudnya pertanian organik.
"Ini menjadi sebuah koperasi yang sahamnya dimiliki oleh para kelompok-kelompok tani. Kami harap ini nanti akan berdampak positif terhadap pertanian di Trenggalek maupun daerah lain," katanya.
Sementara itu Pelaksana Tugas Bupati Trenggalek, Mochammad Nur Arifin mengapresiasi pendirian rumah produksi pupuk cair tersebut. Pihaknya berharap POC menjadi salah salah satu solusi untuk mengatasi keterbatasan pupuk sekaligus meningkatkan hasil panen.
"Kenapa kami prioritaskan di rumah produksi ini, karena yang dibutuhkan petani di sektor hulu dulu. Karena sering kali mereka kebingunan pupuk maupun bibit, nah ini yang harus dicarikan solusi dulu," ujarnya.
Menurutnya, pengembangan Desa Industri Mandiri tersebut merupakan salah satu dukungan untuk mewujudkan Desa Emas, salah satu percontohanya adalah Kabupaten Trenggalek. Keberadaan berbagai fasilitas pertanian di Trenggalek juga telah mendapat respon positif dari Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Indonesia, dengan mengunjungi langsung Trenggalek.
"Kami semua akan kerjasama dengan berbagai pihak, mulai dari AKD (Asosiasi Kepala Desa), KEIN yang saat ini hadir langsung di Trenggalek, serta beberapa yang lainnya," imbuhnya.
Strategi pengembangan sektor pertanian tidak hanya terhenti pada sektor produksi pupuk, namun juga akan menyentuh penyediaan bibit unggul hingga proses distribusi dan pemasaran hasil pertanian.
"Pertanian organik adalah salah satu yang sedang digandrugi oleh masyarakat. Nanti kami akan bantu untuk pemasaran, misalkan dengan mendorong para aparatur kita untuk mengkonsumsi beras lokal maupun beras organik lokal," jelas Ipin.
0 comments:
Posting Komentar