Caping Gunung Indonesia - Bukankah komersialisasi aloon-aloon itu sudah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir ini ?
Aloon-aloon sudah bukan lagi milik rakyat pesta agustusan itu sudah bukan lagi pestanya rakyat.
Entah siapa sekarang yg memiliki aloon-aloon kok sudah ada yg berani mengkapling dan menjual aloon-aloon dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan yg biasanya dilanjut Hari jadi Trenggalek. Lalu hasil penjualan itu duwitnya lari kemana, naah ... ?
Kapitalisasi aloon-aloon sangat tidak sejalan dengan pemberdayaan masyarakat UMKM yg selama ini digembar-gemborkan oleh Pemkab Trenggalek.
Kalau dulu aloon-aloon milik rakyat, setiap rakyat pedagang kecil bebas menggelar daganganya bahkan pemerintah cukup membuat tali rafia saja agar masyarakat tidak terlihat berebut untuk mendapatkan tempat yang memang gratis-tiiss itu ...!!?
Dan antusiasme masyarakat ditunjukan dengan berbondong-bondong mengais rejeki yg dalam setahun adanya hanya di bulan Agustus itu.
Sekarang karena komersialisasi aloon-aloon oleh entah siapa mereka dan dalam kapasitas apa mereka itu kok tiba-2 bisa mengelola lahan alon-alon dengan pendekatan event organizer, panitia atau EO sudah mematok dengan hitung-hitungan uang. Sehingga sudah langsung mematok harga per meter sekian juta untuk sejengkal aloon-aloon milik rakyat itu. Lalu apa dasarnya dia mematok per meter sekian juta rupiah, suatu hal yg harus diperdebatkan secara Undang-undang ?
Tentu saja harga yg sangat mahal menurut para pedagang tradisional yg sudah secara tradisi turun temurun berjualan disitu tidak mungkin terjangkau dan lambat laun mereka tersingkir oleh kejamnya sistem kapitalis yg diberlakukan oleh Pemerintahan sekarang.
Sedangkan DPRD sendiri sepertinya bungkam dan seolah-olah mengamini penderitaan rakyat pemilik alon-alon yg tidak bisa lagi jualan di aloon-2 di pesta rakyat bulan Agustus tersebut.#Lilis_cgo
Sumber, Berita Indonesia
0 comments:
Posting Komentar