Caping Gunung Indoneresia - Puasa sebelum Idul Adha disebut juga dengan puasa Arafah. Karena dilakukan pada saat jutaan jemaah haji berkumpul melaksanakan wukuf di padang Arafah. Wukuf sendiri merupakan ibadah wajib karena merupakan bagian dari rukun haji yang harus dipenuhi para calon haji.
Wukuf di Arafah yang merupakan puncak penyempurnaan ibadah haji dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah berdasarkan kalender Islam. Pada saat inilah umat muslim yang tidak melaksanakan wukuf dianjurkan untuk berpuasa, termasuk kita yang berada di tanah air.
Niat Puasa Sebelum Idul Adha Bahasa Arab Atau Indonesia?
Masalah bahasa yang kita gunakan untuk berniat juga kadang menjadi perdebatan. Jadi, sebaiknya kita pahami bahwa Allah, Tuhan semesta alam ini, mengerti semua bahasa yang ada di semesta.
Jadi jangan sampai permasalahan bahasa dan niat menjadi kendala bagi kita untuk melaksanakan ibadah. Niat dapat dilakukan dalam hati dan menggunakan bahasa apa saja yang kita mengerti. Namun, jika kita ingin melafalkannya serta menggunakan bahasa Arab, juga tidak ada larangan yang mencegah.
Selamat berpuasa sunnah Idul Adha, jangan lupa bagi yang mampu, sebaiknya berkurban.
Bacaan Niat Puasa Sebelum Idul Adha
Walaupun aga terlambat. Setidaknya mungkin ada yang belum tau dan melihat tulisan saya saat ini.
Bacaan niatnya Puasa Sebelum Idul Adha :
Nawaitu ashoumul arafah lilyaumil ghoddi lillahi Ta’ala
Sedangkan Rasulullah ketika berbuka puasa mengucapkan : “Dzahabaz zhama-u wabtallatil uruuqu watsabatal ajru insya Allah”
Artinya : “Telah hilang dahaga dan telah basah urat2 dan telah tetap pahala insya Allah”
Namun banyak kalangan yang berkata walaupun tidak menggunakan bahasa arab sah saja puasa arafahnya. Dan untuk niat puasa arafah atau bukanya tidak terlalu menitik beratkan pada suatu bacaan tertentu. yang penting niatnya.
Syarat Puasa Sebelum Idul Adha
Secara global, para ulama berselisih pendapat tentang bolehnya berpuasa sunnah sebelum selesai melaksanakan qadla’ (hutang) Ramadhan dalam dua pendapat.
Pertama, boleh berpuasa sunnah sebelum melaksanakan qadla’ Ramadhan. Ini merupakan pendapat Jumhur, baik bolehnya secara global ataupun makruh. Madzab Hanafi membolehkan untuk langsung berpuasa sunnah sebelum melaksanakan qadla’ Ramadhan karena puasa qadla’ tidak wajib untuk disegerakan, bahkan kewajibannya sangat luas (lapang), dan ini merupakan satu riwayat dari Ahmad.
Sedangkan Madhab Maliki dan Syafi’i berpendapat: boleh tapi makruh. Sebabnya, karena menyibukkan diri dengan amal sunnah dari yang qadla’, berupa mengakhirkan yang wajib.
Kedua, haram berpuasa sunnah sebelum melaksanakan qadla’ Ramadhan. Ini merupakan pendapat Madhab Hambali.
Yang shahih dari dua pendapat ini adalah yang menyatakan bolehnya berpuasa Sunnah enam hari di bulan syawal sebelum membayar puasa Ramadhan. Karena waktu (kesempatan) qadla’ (membayar puasa Ramadlan) luas. Sedangkan pendapat yang tidak membolehkan dan menyatakan tidak sah membutuhkan dalil, dan tidak ada satu dalilpun yang bisa dijadikan sandaran untuk hal itu. Sementara dalil yang ada menunjukkan bolehnya untuk melaksanakan puasa sunnah sebelum puasa qadla’, yaitu firman Allah Ta’ala, “. . . Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain.” (QS. Al-Baqarah: 185) dan hadits Aisyah radliyallaahu ‘anha, “Aku memiliki hutang puasa Ramadlan, tetapi aku tidak sanggup menggantinya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan tidak diragukan lagi bahwa Aiysah radliyallaahu ‘anha melaksanakan puasa sunnah di sela-sela tahun itu, dan pastinya perbuatan Aisyah itu diketahui oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam. Ini berarti beliau menyetujuinya.
Hadits puasa sebelum Idul Adha
Puasa sebelum idul adha adalah ibadah yang sangat dianjukan oleh Rasulullah Saw. Bagi kaum muslimin puasa satu hari sebelum lebaran haji ini, hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan). Artinya, meskipun puasa sebelum hari raya qurban ini bersifat sunnah, namun demikian sangat-sangat dianjurkan dan diutamakan untuk dilaksanakan, strongly recommended!.
Bagi mereka yang menunaikan ibadah puasa Arafah akan didoakan Nabi Muhammad Saw agar Allah menghapus dosa-dosanya selama dua tahun, yakni; satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw yang artinya:
Puasa satu hari Arafah, aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari ‘Asyura’ (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, no 1162, dari Abu Qatadah).
Dari Abu Qatadah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wasallam pernah ditanya tentang puasa pada hari ‘Arafah, beliau bersabda: “Ia (Puasa ‘Arafah itu) menggugurkan dosa-dosa satu tahun sebelumnya dan setelahnya.” (HR. Muslim 1162)
Tidak makan dan tidak minum juga dilakukan Rasulullah Saw sebelum melaksanakan sholat Idul Adha di lapangan. Ini adalah kebiasaan Nabi Saw seperti yang tertuang dalam hadits berikut:
Jika sebelum berangkat shalat Idul Fitri Rasulullah SAW sarapan dahulu maka sebelum shalat Idul Adha, Rasul tidak sarapan dan beliau baru makan sepulang melaksanakan shalat (HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad).
Hikmah Puasa Idul Adha
Puasa Idul Adha memiliki hikmah yang sama dengan ibadah puasa lain, baik yang wajib atau sunnah. Hikmah puasa ini berdasarkan pada keterangan dari para ulama, yang tentunya berdasarkan pada Al-Quran dan Hadits. Adapun hikmah puasa di antaranya sebagai berikut:
Proses pendidikan ruhani menuju jalan ketakwaan kepada Allah SWT.
Penahanan diri agar terbiasa tunduk dan patuh kepada setiap perintah-perintah Allah SWT, serta berusaha menjauhi semua larangan-Nya.
Salah satu bentuk ibadah penghambaan diri kepada Allah SWT.
Pendidikan bagi jiwa manusia agar berusaha dalam kesabaran terhadap segala bentuk penderitaan dalam melaksanakan perintah-Nya.
Melatih diri untuk tidak selalu mengikuti setiap bisikan keinginan dan hawa nafsu manusia.
Melatih diri untuk tetap bersikap hidup sebagaimana ajaran-ajaran Islam.
Sarana menumbuhkan dan memupuk sikap rasa kasih sayang kepada sesama manusia.
Menciptakan rasa persaudaraan terhadap orang lain, saling membantu, dan menyantuni orang yang tidak berkecukupan.
Menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT, baik dalam keadaan terang-terangan atau sembunyi.
Menjauhkan diri dari akibat dosa-dosa pelanggaran ajaran-ajaran-Nya. Karena puasa merupakan sarana penebusan dosa manusia.
Proses pembelajaran diri untuk melatih peringai dan perilaku moral yang luhur kepada sesama.
Puasa mengajarkan kesabaran, kejujuran, kedisiplinan, dan tekad kuat dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
Ibadah puasa yang dijalani dengan baik membantu manusia untuk berpikir lebih jernih dan tenang.
Mendorong manusia untuk ikut merasakan lapar dan mengajarkan perlunya menjalin solidaritas dengan orang lain.
Anjuran pelaksanaan ibadah puasa Idul Adha berdasarkan pada keterangan hadits riwayat Imam Muslim. Dari Abu Qatadah radhiyallahu anhu, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa-dosa untuk dua tahun. Setahun yang telah berlalu dan satu tahun yang akan datang.”
Pelaksanaan ibadah puasa harus memenuhi syarat. Berdasarkan pada keumuman pendapat ulama, maka terdapat lima syarat puasa, yaitu: beragama Islam, termasuk usia baligh, berakal yang sehat, mampu melaksanakan puasa, bermukim atau menetap.
Bagi Anda yang akan melaksanakan puasa menjelang Idul Adha, jangan lupa untuk berniat dalam hati sebelum melaksanakannya. Lengkapilah perayaan Idul Adha dengan berkurban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Semoga segala amal ibadah kita diterima di sisi Allah SWT. Amin!
Jangan Puasa di hari Tasyrik
Selain puasa, beberapa amalan yang dianjurkan dalam rangka merayakan Idul Adha adalah: menggemakan takbir dan menyembelih hewan kurban yang dilaksanankan setelah sholat Id hingga tiga hari setelah 10 Dzulhijjah yakni tanggal: 11, 12 dan 13. Dimana pada hari-hari itu umat Islam diharamkan berpuasa karena merupakan hari Tasyrik.
Rasulullah Saw telah mengutus Abdullah Bin Huzhaqah untuk mengumumkan di Mina: “Kamu dilarang berpuasa pada hari-hari ini (hari tasyrik). Ia adalah hari untuk makan dan minum serta mengingat Allah.” (Hadith Riwayat Imam Ahmad, sanadnya hasan)
Jika puasa sebelum Idul Adha ialah sangat dianjurkan, maka berpuasa pada hari tasyrik adalah dilarang sama halnya dengan puasa di hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Rasulullah Saw melarang puasa pada dua hari, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. (Hadith Riwayat Imam Muslim, Ahmad, an-Nasa’ie, Abu Dawud).
Pengertian Tentang Puasa Idul Adha.
Puasa Idul Adha atau Puasa Arafah adalah puasa yang jatuh pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa Idul Adha atau Puasa Arafah dinamakan demikian karena saat itu jamaah haji sedang wukuf di terik matahari di padang Arafah. Puasa Idul Adha atau Puasa Arafah ini dianjurkan bagi mereka yang tidak berhaji. Sedangkan yang berhaji tidak disyariatkan puasa ini.
Mengenai hari Arofah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
“Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah hari Arofah. Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” (HR. Muslim)
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan, “Hari Arofah adalah hari pembebasan dari api neraka. Pada hari itu, Allah akan membebaskan siapa saja yang sedang wukuf di Arofah dan penduduk negeri kaum muslimin yang tidak melaksanakan wukuf. Oleh karena itu, hari setelah hari Arofah –yaitu hari Idul Adha- adalah hari ‘ied bagi kaum muslimin di seluruh dunia. Baik yang melaksanakan haji dan yang tidak melaksanakannya sama-sama akan mendapatkan pembebasan dari api neraka dan ampunan pada hari Arofah.” (Lathoif Al Ma’arif, 482)
Mengenai keutamaan Puasa Idul Adha atau puasa Arafah disebutkan dalam hadits Abu Qotadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِى بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِى قَبْلَهُ
“Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim).
Ini menunjukkan bahwa Puasa Idul Adha atau puasa Arafah adalah di antara jalan untuk mendapatkan pengampunan di hari Arafah. Hanya sehari puasa, bisa mendapatkan pengampunan dosa untuk dua tahun. Luar biasa fadhilahnya …
Hari Arafah pun merupakan waktu mustajabnya do’a sebagaimana disebutkan dalam hadits,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli sya-in qodiir (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Miliki-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Pengeritan singkat mengenai Idul Adha
Idul Adha
Idul Adha (di Republik Indonesia, Hari Raya Haji, bahasa Arab: عيد الأضحى) adalah sebuah hari raya Islam. Pada hari ini diperingati peristiwa kurban, yaitu ketika nabi Ibrahim (Abraham), yang bersedia untuk mengorbankan putranya Ismail untuk Allah, akan mengorbankan putranya Ismail, kemudian digantikan oleh-Nya dengan domba.
Pada hari raya ini, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Ied bersama-sama di tanah lapang, seperti ketika merayakan Idul Fitri. Setelah salat, dilakukan penyembelihan hewan kurban, untuk memperingati perintah Allah kepada Nabi Ibrahim yang menyembelih domba sebagai pengganti putranya.
Hari Raya Idul Adha jatuh pada tanggal 10 bulan Dzulhijjah, hari ini jatuh persis 70 hari setelah perayaan Idul Fitri. Hari ini juga beserta hari-hari Tasyrik diharamkan puasa bagi umat Islam.
Pusat perayaan Idul Adha adalah sebuah desa kecil di Arab Saudi yang bernama Mina, dekat Mekkah. Di sini ada tiga tiang batu yang melambangkan Iblis dan harus dilempari batu oleh umat Muslim yang sedang naik Haji.
Hari Idul Adha adalah puncaknya ibadah Haji yang dilaksanakan umat Muslim.#Lilis_cgo
0 comments:
Posting Komentar